LAZIMNYA, orang meratap dan bersedih Begitu Menonton sosok pemimpin tewas karena dibunuh. Galibnya, orang Tak bertempik sorak Begitu Menonton Sosok lain dicekam ketakutan Sebelah Wafat karena ancaman rudal. Umumnya, orang tak tahan menyaksikan genosida terpampang telanjang di depan mata.
Tetapi, rumus-rumus Lumrah itu Tak berlaku di Timur Tengah. Israel, juga Amerika Perkumpulan, menyambut Kematian pemimpin Hizbullah di Libanon, Hassan Nasrallah, dengan penuh kegirangan laiknya tengah berpesta. Begitu pula Begitu menyaksikan ratusan ribu anak, Perempuan, dan para Anggota lansia di Gaza Wafat dan kelaparan serta terkurung, Israel merayakannya sebagai sebuah kemenangan.
Kini, Begitu ribuan orang di Tel Aviv lari tunggang langgang karena ketakutan oleh serangan rudal Iran, sebagian orang di belahan dunia lain merayakan ketakutan itu sebagai kemenangan balas dendam. Televisi pemerintah Iran menyiarkan gambar-gambar penduduk Mashhad, kota terbesar kedua di Iran, yang merayakan serangan rudal tersebut di jalan-jalan, mengibarkan bendera kuning Hizbullah dan potret pemimpin Hizbullah yang terbunuh, Hassan Nasrallah.
Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Nikmat?
Perayaan serupa juga berlangsung di ibu kota Iran Teheran dan beberapa kota provinsi. Serangan Selasa merupakan serangan kedua Iran terhadap Israel. Serangan rudal dan drone sebelumnya terjadi pada April Lampau sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang mematikan terhadap konsulat Iran di Damaskus.
Maka, kita terbiasa menyaksikan bahwa di sana, di Timur Tengah, Tak Tengah Dapat dibedakan dalam Begitu apa orang mesti bergembira. Tak juga diketahui pada momen seperti apa orang harus bersedih. Kekerasan ialah menu sehari-hari. Kekerasan dibalas dengan kekerasan: mata dibalas mata, telinga dibalas telinga, ketakutan dibalas nyawa orang-orang sipil sekalipun.
Cocok belaka kata-kata Dom Helder Camara. Pejuang kemanusiaan dan aktivis antikekerasan asal Brasil itu mengingatkan bahwa ketika kekerasan susul-menyusul dan silih berganti, dunia Anjlok ke dalam spiral kekerasan. Kekerasan yang belakangan ini terjadi di Israel, Gaza, Libanon, juga Iran berada pada level yang belum pernah kita saksiksan selama bertahun-tahun.
Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo
Di tempat itu, kekerasan Lalu meletup dan berpotensi meningkat secara dramatis sehingga menyebabkan lebih banyak luka dan derita pada Seluruh pihak. Di tengah kekerasan yang membawa kehancuran, termasuk pembunuhan berencana terhadap Anggota sipil dan pengeboman di kawasan permukiman, muncul sebuah pertanda yang mengkhawatirkan karena hanya Terdapat sedikit Bunyi yang menyerukan deeskalasi kekerasan.
Berdasarkan pengalaman selama ini, meningkatnya retorika perang hanya akan berujung pada penderitaan Anggota sipil yang kian besar. Palang Merah Dunia yang hadir secara permanen di Israel dan Area-Area pendudukan sejak 1967 telah Pelan menjadi saksi atas pembunuhan dahsyat terhadap Anggota sipil yang berujung pada spiral kekerasan dan kebencian. Apabila Tak segera menahan diri, begitu peringatan Palang Merah Dunia itu, kita sedang menuju ke bencana kemanusiaan.
Di Israel sendiri, Terdapat sejumlah pejabat yang mengingatkan rezim Zionis itu Kepada menyetop spiral kekerasan. Personil Knesset (parlemem) Israel, Ahmed Tibi, mengatakan kebijakan Israel Kepada membunuh seseorang Tak akan pernah memberi keamanan karena, “Masyarakat Tak dapat dan Tak boleh dibunuh,” serunya.
Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas
Begitu berbicara di Knesset pada awal pekan ini, Tibi mengatakan pada 1992 Israel membunuh Abbas Al-Musawi, mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah. Pada Begitu itu diyakini konflik dengan Hizbullah telah berakhir. Tetapi, setelah Al-Musawi dibunuh dan tewas, Hassan Nasrallah mengambil alih kepemimpinan Hizbullah dan bersikap lebih radikal terhadap Israel Apabila dibandingkan dengan pendahulunya.
Tibi memperingatkan bahwa setelah Israel membunuh Nasrallah pada Jumat, pekan Lampau, Golongan tersebut kini berencana menunjuk Hashem Safieddine yang lebih radikal daripada pendahulunya. Maka, spiral kekerasan Dekat Niscaya akan terjadi. Kebencian Lalu beranak pinak dan bersemi, Lampau tumbuh Tengah dan Tengah.
Tibi mengatakan pada 2002, Israel juga menangkap Raed Karmi, pemimpin Brigade Martir Al-Aqsa di Palestina. Aksi itu pun memicu gerakan intifada baru. Atas gerakan itu, Israel menggencarkan serangan dan membunuh wakil panglima Brigade Qassam, Ahed Al-Jabari, yang Tengah-Tengah membawa masuk intifada baru pimpinan Ketua Hamas Yahya Sinwar.
Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024
Kini, bangsa Iran yang meradang dan merasa ditantang berusaha keras membalas sebagai bentuk membentengi harga diri. Seperti yang pernah ditulis penyair Iran legendaris, Abolqasem Ferdowsi, ketika mencatat ‘pertempuran hebat dan kecemburuan kecil’. Ia mencatat kekejaman dan keindahan di halaman yang sama.
Ia mengakhiri Naskah besarnya, yang disebut Shahnameh, dengan kata-kata berikut:
‘Saya telah mencapai akhir dari sejarah yang hebat ini
Dan, seluruh negeri akan membicarakanku
Saya Tak akan Wafat, benih yang Saya tabur ini akan menyelamatkan
Nama dan reputasiku dari kubur
Dan orang-orang yang berakal sehat dan bijaksana akan menyatakan Ketika Saya pergi, pujian dan ketenaranku’.
Ferdowsi Tak sedang membual karena kata-katanya menjadi Fakta. Bukunya tetap Terdapat di banyak rumah dan hati orang Iran. Itulah yang memantik harga diri. Lampau, meluncurlah Sekeliling 200 rudal ke Tel Aviv, memburu sasaran ‘strategis’. Sirene meraung-raung. Orang-orang lari menuju persembunyian. Siapa menabur kekerasan demi kekerasan akan menuai kekerasan.