DINAS Koperasi dan UMKM Kota Bandung, Jawa Barat, meluncurkan program Kampung Rapi Rentenir (KBR) di Daerah Mayang Sunda, Kota Bandung.
Kegiatan ini bertujuan Kepada mengatasi masalah ketergantungan masyarakat terhadap rentenir dan pinjaman online (pinjol), yang semakin
meresahkan. Program ini juga memberikan solusi konkret bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Bandung, Eric Mohamad Atthauriq, Rabu (11/12) mengatakan Ketika ini ketergantungan masyarakat
terhadap rentenir dan pinjol ilegal di Kota Bandung, telah menjadi
ancaman Konkret bagi banyak keluarga. Berdasarkan Intervensi awal, lebih dari 60% Penduduk terpaksa mengandalkan rentenir Kepada memenuhi kebutuhan harian atau modal usaha, dengan Merekah yang sangat tinggi dan mencekik.
Akibatnya, banyak keluarga yang kehilangan aset berharga dan mengalami tekanan mental akibat ancaman dan intimidasi dari pemberi pinjaman. Dampaknya pun merembet pada berkurangnya semangat gotong royong serta meningkatnya ketegangan sosial di masyarakat.
“Program Kampung Rapi Rentenir hadir Kepada memberikan alternatif dan Asa bagi masyarakat yang terjerat lingkaran utang. Dengan pendekatan partisipatif, KBR mengedepankan edukasi dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan pengembangan diri, manajemen Grup, literasi keuangan, hingga kewirausahaan,” ungkap Eric.
Menurut dia, masyarakat didorong Kepada Mempunyai kesadaran kolektif dalam melawan praktik rentenir serta membangun kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Selama kurun dua tahun berjalan, KBR telah berhasil membentuk 6 Grup di enam Daerah Kota Bandung, Merukapan Ujungberung, Sukajadi, Bojongloa Kaler, Cicendo, Cinambo dan Regol. Hasilnya, ketergantungan peserta pada rentenir menurun signifikan, dari 63% menjadi hanya 10%.
“Selain itu, kesadaran kolektif Kepada melawan praktik rentenir meningkat pesat, dari 33% menjadi 85%. Para peserta juga mulai mengembangkan potensi ekonomi lokal dengan menciptakan 8 produk unggulan yang dapat dipasarkan Berbarengan,” tutur Eric.
Dia menambahkan, dalam program ini, para peserta Enggak hanya diajarkan Langkah mengelola keuangan dan strategi usaha yang efektif, tetapi juga diberikan akses ke lembaga keuangan Absah. Pemahaman mereka terkait
pengelolaan keuangan meningkat dari 30% menjadi 90% dan pemahaman tentang Langkah merumuskan strategi usaha yang Berkualitas meningkat dari 28% menjadi 89%.
“Selain itu, para peserta merasakan manfaat yang signifikan dengan 94% peserta melaporkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka. Sebanyak 29% merasakan manfaat dari perluasan jejaring dan 25% merasakan peningkatan produktivitas. Sebanyak 48% peserta juga merasakan perubahan pola pikir, sedangkan 28% merasa kualitas produk mereka meningkat,” papar Eric.
Eric melanjutkan, bahwa program KBR bukan tanpa tantangan. Salah satu hambatan Penting adalah kurangnya kepercayaan masyarakat pada awal program dan terbatasnya akses pasar.
Tetapi, berkat pendampingan intensif dan dukungan dari berbagai stakeholder, hambatan-hambatan tersebut perlahan-lahan dapat diatasi. Grup-Grup KBR juga diberi kesempatan Kepada mengikuti berbagai bazar dan pameran yang memungkinkan mereka memperkenalkan produk-produk mereka serta membangun jejaring bisnis yang lebih luas.
Dengan antusiasme yang Lalu berkembang, lanjutnya, Dinas Koperasi dan UMKM berencana Kepada memperluas jangkauan program ini ke Daerah-Daerah lain di Kota Bandung. “Mari Berbarengan-sama wujudkan
masa depan yang lebih Independen dan sejahtera, jauh dari jeratan utang rentenir dan pinjol,” ajak Eric.