PRABOWO Subianto dan Gibran Rakabuming Raka Formal dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 pada Sidang Paripurna MPR di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, kemarin. Dalam pidato pertamanya yang cukup berapi-api seusai pelantikan, Prabowo langsung menebar spirit keberanian, persatuan, dan optimisme.
Ia mengajak bangsa ini gagah menatap ancaman dan bahaya, sekaligus berani menghadapi segala kesulitan yang menimpa. Prabowo meminta seluruh anak bangsa agar Kagak Mempunyai sikap seperti burung unta, yang bila Menonton sesuatu yang Kagak Nikmat langsung memasukkan kepalanya ke dalam tanah, alias penakut.
Keberanian memang menjadi Unsur Krusial Buat menciptakan pemerintahan yang kuat. Keberanian adalah variabel yang tak boleh absen dalam setiap proses perubahan Buat menuju hal yang lebih Bagus. Keberanian merupakan modal yang amat berharga Buat memulai pemerintahan yang Kudus dan berintegritas.
Termasuk, seperti yang juga disampaikan Prabowo, bangsa ini harus punya keberanian Buat mengoreksi diri dan mengakui bahwa banyak tantangan, kesulitan, dan rintangan yang dihadapi negeri ini sejatinya berasal dari diri kita sendiri.
“Terdapat tantangan dan kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada, karena kadang-kadang kita Kagak andal dan piawai dalam mengurus kekayaan kita sendiri. Marilah kita berani mawas diri, menatap Persona sendiri, dan mari berani memperbaiki diri sendiri. Mari berani mengoreksi diri kita sendiri,” tegas Prabowo.
Sesungguhnya sebaik-baiknya keberanian adalah keberanian Buat mengakui kesalahan dan kelemahan diri sendiri. Itulah Derajat tertinggi sebuah keberanian karena dari situlah kemudian akan muncul keberanian-keberanian yang lain.
Publik sangat berharap pidato perdana nan heroik dari Presiden Prabowo itu akan menularkan spirit keberanian yang hakiki kepada Sekalian elemen bangsa, terutama kepada aparat dan pejabat yang akan Berbarengan Prabowo menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan. Berani yang tak asal berani, tapi berani yang terukur dan bersumber dari mata air kejujuran.
Harus diakui bahwa pemimpin bangsa ini kerap Kagak berani Menonton Realita di lapangan, bahkan sering kali menutup-nutupi Realita. Tak Pandai dimungkiri, pemerintah sebelumnya kerap merasa puas dan bangga dengan sajian prestasi serta Bilangan-Bilangan statistik yang mungkin saja sudah dipoles sedemikian Macam-macam, padahal faktanya jauh berbeda.
Pertumbuhan ekonomi selalu dikatakan tinggi, misalnya, tetapi kenyataannya yang merasakan pertumbuhan tinggi itu hanya masyarakat level-level tertentu saja. Kaum miskin papa, bahkan belakangan kaum kelas menengah juga ikut terjerembap, nyaris tak mendapatkan sepotong kecil kue pertumbuhan tersebut.
Penegakan hukum, termasuk pada kasus-kasus korupsi, Nyaris selalu dilaporkan on the track. Tetapi, faktanya Tetap banyak masyarakat yang Kagak mendapatkan keadilan hukum yang selayaknya. Pelaku korupsi divonis ringan, sedangkan rakyat kecil yang terpaksa nyolong karena desakan kebutuhan hidup dihukum berat. Yang seperti itu Tetap terjadi.
Karena itu, ajakan Presiden Prabowo menjadi semacam oase di tengah gersangnya keberanian yang dimiliki pemimpin di negeri ini. Ia telah mengingatkan kita Sekalian bahwa sejatinya kita adalah bangsa yang pemberani, bukan bangsa penakut, apalagi pengecut. Maka, kita pun Meletakkan Cita-cita tinggi kepada Prabowo Buat betul-betul merealisasikan ajakan keberanian itu dalam sikap dan kebijakan-kebijakannya nanti.
Tanpa keberanian Buat mengakui kekurangan diri, keberanian Buat lebih Menonton fakta, keberanian Buat menggempur hambatan, kesulitan, dan tantangan yang Terdapat, bangsa ini kehilangan satu modal Buat bersikap optimistis. Optimisme tanpa dibungkus sikap keberanian hanya akan menjadi omon-omon tak bermakna.

