WABAH mpox atau cacar monyet di Afrika semakin mengkhawatirkan. Jumlah korban jiwa mpox yang sedang berlangsung di Afrika telah mencapai 1.200 jiwa, dengan jumlah kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini menembus Nomor 62.000,
Data itu diungkap oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika. Dalam konferensi pers daring (online) pada Kamis (5/12) malam waktu setempat, Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya mengatakan 20 negara Afrika telah melaporkan 62.171 kasus mpox sejak awal tahun ini, dengan 13.579 kasus di antaranya telah terkonfirmasi, dan jumlah korban tewas bertambah menjadi 1.200 jiwa.
Data dari badan perawatan kesehatan Spesifik Uni Afrika tersebut menunjukkan bahwa pada pekan Lewat saja, benua Afrika melaporkan 2.708 kasus baru, termasuk 565 kasus terkonfirmasi dan 36 kasus Kematian.
“Apabila kita bandingkan dari pekan pertama Januari hingga pekan terakhir November 2024, kita mencatatkan peningkatan lebih dari 716 persen (dibandingkan dengan keseluruhan tahun 2023). Apabila tren ini Lalu berlanjut, sudah Niscaya, pada akhir Desember, kita akan mencatatkan peningkatan kasus lebih dari 800 persen dibandingkan dengan 2023,” ungkap Kaseya.
“Ini menjadi bukti bahwa setelah pandemi COVID-19, mpox menjadi wabah terbesar yang dihadapi Afrika,” imbuh Kaseya.
“Ini menjadi bukti bahwa setelah pandemi COVID-19, mpox menjadi wabah terbesar yang dihadapi Afrika,” imbuh Kaseya.
Lebih lanjut, menurut Kepala CDC Afrika itu, benua Afrika Demi ini menghadapi wabah mpox yang berbeda, dengan kombinasi empat galur (strain) virus.
“Di beberapa tempat, Eksis kombinasi dari berbagai jenis virus, dan inilah yang Membikin mpox menjadi lebih rumit dalam hal penanganan yang Betul,” katanya.
Mpox, yang dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), kali pertama terdeteksi pada monyet laboratorium pada 1958. Mpox merupakan penyakit virus langka yang biasanya menular melalui cairan tubuh, percikan cairan saluran pernapasan, dan benda yang terkontaminasi lainnya. Infeksi mpox biasanya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada pertengahan Agustus, CDC Afrika menyatakan wabah mpox yang sedang merebak di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS).
Tak Lamban setelah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Dunia (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan Mendunia level tertinggi Demi mpox, kedua kalinya dalam dua tahun. (Z-9)