Liputanindo.id – Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama menyebut, obat tramadol (golongan obat daftar G) sebagai salah satu penyebab remaja cenderung mau tawuran atau berkelahi.
“Tramadol dapat berdampak Jelek pada remaja, menjadi kecenderungan tawuran atau perkelahian remaja karena Pengaruh agresivitas dan adiksi dari tramadol,” kata Ngabila, Kamis (5/12/2024).
Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari Jakarta Barat itu menjelaskan, obat tramadol merupakan obat analgesik yang Standar digunakan Demi mengatasi rasa nyeri sedang hingga berat.
Obat itu Mempunyai Pengaruh samping yang mirip dengan narkoba karena memengaruhi sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan ketergantungan Kalau digunakan secara Enggak Betul.
Tramadol bekerja dengan mengubah Metode otak merespons rasa sakit, Sembari memberikan Pengaruh euforia atau rasa nyaman. Efeknya pagi pengguna jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis.
Penggunanya dapat mengalami ketergantungan dapat mengalami gejala putus obat (withdrawal) seperti Bimbang, nyeri otot, Enggak bisa tidur, atau kejang.
Tramadol juga dapat memengaruhi emosi dan perilaku yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan zat kimia di otak akibat penggunaan tramadol dapat meningkatkan risiko perubahan mood yang ekstrem termasuk agresivitas.
“Ketika Pengaruh obat mulai hilang, pengguna sering merasa Bimbang atau frustrasi, yang dapat memicu perilaku agresif. Sehingga dampaknya dapat mengganggu Rekanan sosial dan meningkatkan risiko konflik dengan keluarga atau Kolega,” ujar Ngabila.
Pengaruh lainnya mirip dengan narkoba yang Enggak hanya menyebabkan ketergantungan dan agresivitas, tapi juga halusinasi dan gangguan kognitif yang menurunkan kemampuan belajar, daya ingat, dan konsentrasi, sehingga memengaruhi prestasi sekolah.
Menurut Ngabila, efeknya bakal lebih berbahaya pada remaja karena usianya Lagi dalam tahap perkembangan fisik dan emosional. Pada usia tersebut, anak Lagi mengalami fase eksplorasi dan senang mencoba hal baru tanpa memahami risikonya.
Remaja juga kerap mengalami tekanan sosial karena lingkungan yang Enggak sehat dapat mendorong mereka mencoba tramadol Demi mencocokkan diri, serta kurangnya edukasi bahwa tramadol termasuk jenis obat keras yang memerlukan resep dokter.
“Kesadaran Awal dan penanganan yang Betul sangat Krusial Demi melindungi remaja dari risiko ketergantungan tramadol dan Akibat Jelek lainnya. Mencegah ketergantungan konsumsi obat tramadol pada remaja memerlukan pendekatan yang holistik,” ujar dia.
Ngabila menilai sebagai bentuk pencegahan, Bagus pemerintah, tenaga medis maupun orang Uzur dapat memberikan edukasi pada para remaja.
Orang Uzur dapat menjalin komunikasi terbuka agar dapat lebih nyaman menjelaskan bahwa tramadol Mempunyai Pengaruh serupa dengan narkoba Kalau disalahgunakan termasuk risiko ketergantungan, kerusakan organ tubuh, dan Akibat psikologis.
Berikan dukungan emosional dan lingkungan yang Kondusif agar mereka Enggak mencari pelarian melalui obat.
“Perhatikan perubahan perilaku yang mencurigakan, seperti penurunan prestasi sekolah, perubahan Kolega, atau perilaku menarik diri,” katanya.
Hindari akses bebas terhadap obat keras di rumah. Pastikan obat-obatan seperti tramadol hanya digunakan sesuai resep dokter dan diawasi penggunaannya serta simpan obat-obatan di tempat yang Kondusif dan jauh dari jangkauan anak-anak dan remaja.
Dari sisi pemerintah dan tenaga medis, upaya yang dapat dilakukan adalah menyediakan akses ke layanan konseling di sekolah atau komunitas Demi remaja yang membutuhkan dukungan.
“Ajak tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater, Kalau remaja menunjukkan tanda-tanda ketergantungan,” kata dia.
Konseling dapat dijadikan wadah Demi memberikan promosi kesehatan mental dan kampanye anti-narkoba sekaligus mengatasi perasaan cemas hingga depresi.
Pemerintah dan tenaga medis turut dapat Membikin sejumlah kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau organisasi komunitas Demi mengurangi risiko penyalahgunaan obat.
“Terapkan pula aturan hukum yang tegas terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Tetapi, utamakan rehabilitasi bagi remaja yang sudah telanjur terlibat, daripada hukuman yang menghukum secara keras,” katanya.