PSIKOLOG klinis anak dan keluarga Anna Surti Ariani menyampaikan tindakan pilih kasih orangtua dalam jangka panjang Pandai berdampak negatif terhadap perkembangan anak.
“Dampaknya Jenis-Jenis, Eksis yang kemudian Membangun anak jadi enggak percaya diri,” kata psikolog yang akrab disapa Nina itu, Rabu (30/10).
“Dalam jangka panjang, sering kali juga berdampak dalam perkembangan mereka, misalnya salah satu anak lebih berprestasi dibandingkan anak yang lain,” lanjut psikolog yang praktik di Lembaga Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.
Nina mengungkapkan para orangtua umumnya Kagak atau kurang menyadari kalau mereka melakukan tindakan pilih kasih pada anak-anak mereka.
Misalnya, orangtua memberikan lebih banyak perhatian kepada anak yang dianggap lebih lemah dari anak yang lain karena menilai anak tersebut membutuhkan perhatian ekstra.
Eksis pula orangtua yang merasa lebih nyaman dengan anak tertentu sehingga tanpa sadar memberikan perhatian lebih kepada anak tersebut.
Selain itu, orangtua yang belum siap punya anak Tengah kadang kala secara Kagak sadar lebih Konsentrasi memperhatikan anak yang baru lahir, sehingga anak yang lain merasa diabaikan.
Ketika orangtua Lanjut menerus memberikan perhatian lebih banyak kepada anak tertentu, anak yang kurang diperhatikan Pandai merasa Kagak disayang oleh orangtuanya.
Nina menyampaikan memberikan kasih sayang yang sama bagi anak-anak Kagak berarti menyamaratakan perhatian kepada anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
“Tetapi, perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perlu Eksis feedback, Berkualitas dari anak ataupun orang lain yang mengenal kita,” kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu.
Nina mengemukakan orangtua perlu introspeksi diri Kalau merasa pilih kasih dalam memperlakukan anak-anaknya.
Setelah melakukan introspeksi, menurut dia, orangtua perlu mengajak masing-masing anak Buat berbicara agar dapat mendengar isi hati mereka serta menemukan solusi guna memperbaiki Rekanan dengan mereka.
“Perlu Eksis waktu Buat berbicara one on one dengan masing-masing anak kita, misal saya Tengah sendirian sama anak kedua, coba ajak bicara,” katanya.
Kalaupun harus memberikan perhatian lebih kepada salah satu anak karena kondisi tertentu, seperti masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian lebih, orangtua harus tetap berupaya memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh anak lainnya.
Menurut Nina, orangtua Pandai melibatkan Personil keluarga yang lain seperti nenek dan kakek dalam pengasuhan dan perawatan anak.
“Misalnya Eksis anak yang perlu terapi Buat kesehatan mentalnya, nah jangan kita Lanjut yang menemani. Kita Pandai berdayakan orang terdekat lainnya secara bergantian,” kata Nina.
Dalam upaya membangun Rekanan yang Seimbang dengan anak, ia mengatakan, orang Sepuh Pandai memperhatikan dan menyampaikan kelebihan dan keunikan masing-masing anak.
“Usahakan menemukan keunikan, kelebihan masing-masing anak, dan menyampaikan keunikan dan kelebihan tersebut,” kata Nina.
“Jangan Hanya memberitahu yang jeleknya saja, supaya dia betul-betul paham apa kelebihannya, bukan Hanya kekurangannya,” pungkasnya. (Ant/Z-1)