DEMONSTRASI mahasiswa pada 11 April lalu yang berlangsung relatif aman dan kondusif tercoreng oleh aksi biadab para pendompleng yang melakukan kekerasan dan penganiayaan terhadap dosen Universitas Indonesia Ade Armando.
Terdapat yang membenarkan. Terdapat juga yang melakukan pemakluman. Para pembenci Ade Armando seperti tengah menikmati panggung besar aksi balas dendam karena hanya di situ mungkin mereka merasa menang.
Terdapat yang menyebut Adi kena batunya, bahkan ada yang bilang Ade seperti domba masuk ke sarang macan. Mereka para pembela kekerasan ini menganggap Ade sebagai domba, sedangkan pengeroyok sebagai macan. Mestinya sih terbalik. Itu bukan macan. Pengeroyok itu adalah pengecut.
Apa pun itu! Kekerasan mestinya tidak boleh mendapatkan tempat di negeri ini. Indonesia adalah negeri majemuk. Sekali tindakan kekerasan akibat perbedaan pendapat dan keyakinan dibiarkan atau bahkan dimaklumi, maka prinsip kemajemukan saat itu juga telah sirna.