Beda Capres bukan Musuh


BAHWA perbedaan adalah rahmat kiranya Tetap sekadar anggapan. Realitasnya, di negeri ini perbedaan tak jarang menjadi biang masalah, pemecah belah, bahkan pemantik permusuhan sesama anak bangsa.

Kita Segala Paham, bangsa ini dibangun dari sekian banyak perbedaan. Kita Segala paham, sejak awal pun bangsa ini sudah akrab dengan kemajemukan. Kita Segala juga mengerti, oleh founding fathers, para bapak bangsa, perbedaan dan kemajemukan itu dijadikan fondasi Demi membangun bangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Tamat Demi ini, perbedaan dan kemajemukan itu pun Tetap Terdapat. Ia tak mungkin kita hilangkan. Menghilangkannya sama saja mengingkari hukum alam. Yang harus kita lakukan ialah bagaimana mengelola perbedaan dan kemajemukan agar menjadi kekuatan, bukan biang persoalan.

Yang jadi soal, tak Segala yang ideal itu Pandai kita lakukan. Sudah cukup lelet kita hidup dalam perbedaan yang salah arah. Sudah bertahun-tahun kita terbelah. Antara kami dan mereka kerap mendominasi kehidupan sosial. Kekitaan kita sebagai bangsa pun pergi entah ke mana.

Cek Artikel:  Sasaran Ambisius Swasembada

Sekat-sekat tebal itu Terdapat di Dekat Segala sisi kehidupan. Terlebih di dunia politik, dunia yang faktanya cenderung mencerai-beraikan.

Pesta demokrasi yang Sepatutnya menggembirakan, dalam beberapa episode terakhir Bahkan memantik permusuhan. Rivalitas tak Tengah didasarkan pada sportivitas, tetapi lebih dilandaskan pada nafsu Demi menegasikan.

Situasi seperti itu pula yang sudah mulai kita rasakan, padahal Pemilu 2024 Tetap Sekeliling dua tahun Tengah. Perbedaan pilihan soal bakal calon presiden, misalnya, tak dianggap sebagai kewajaran. Deklarasi kandidat yang selayaknya ditanggapi dengan kesiapan Demi berkontestasi, Bahkan disambut dengan amarah, dengan emosi.

Hanya karena bakal capres, jalinan pertemanan dengan gampang diputuskan. Dulu Mitra sekarang Musuh, itulah sikap picik yang mau Bukan mau, suka Bukan suka, harus kita saksikan di pentas perpolitikan Tanah Air Demi ini.

Cek Artikel:  Sudahi Kucing-kucingan Bahas Undang-Undang

Tentu, sikap itu Bukan Berkualitas buat bangsa. Karena itu, sangat Betul imbauan Wakil Presiden Ma’ruf Amin kepada seluruh elemen bangsa Demi tetap menjaga kesepakatan nasional. Pada peringatan Hari Santri di Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, dua hari Lampau, Wapres mengingatkan, perbedaan politik menjelang atau pada Pemilu 2024 nanti tak boleh Membikin kita bermusuhan.

Kiai Ma’ruf menekankan pula, kalau berbeda partai maka harus bersikap lakum partaiyukum walana partayuna. Partai Anda, partai Anda, partai saya, partai saya. Kalau berbeda capres maka wajib berprinsip capresukum walana capresyuna. Bagi kalian capres kalian, bagi kami capres kami.

Beda capres boleh-boleh saja. Bukan Terdapat yang melarang. Demokrasi Bahkan tak sehat, malah sakit-sakitan, Apabila Segala orang punya capres yang sama. Calon tunggal akan Membikin demokrasi Wafat.

Cek Artikel:  Waspadai Celah Pemilu Curang

Biarkan Pemilu 2024 berjalan di rel demokrasi yang hidup. Beda pilihan capres bukan berarti Argumen Demi menghujat, menyerang, memfitnah, meniadakan yang lain. Harus kita katakan, di dunia maya, di media sosial, perilaku keliru seperti itu tak Tengah berpijak pada Pikiran sehat. Narasi-narasi yang mereka unggah di luar keadaban.

Di dunia Konkret, capres juga memicu agresivitas politik. Celakanya Tengah, tabiat seperti itu ditunjukkan oleh para elite. Mereka yang semestinya memberikan teladan apik bagaimana menyikapi perbedaan, bagaimana bermain politik dengan Ayu, malah sebaliknya menyodorkan Misalnya Bukan baik dengan membuka permusuhan.

Pemilu 2024 baru pemanasan. Perjalanannya Tetap sangat panjang. Ia tak boleh dibuat semakin panas. Biarkan perbedaan menjadi Corak yang indah dalam kompetisi, dan kita, utamanya para elite, harus memastikan itu dengan sikap dan perilaku yang menyejukkan.

Mungkin Anda Menyukai