Netizen Marak Soroti Masalah Turis Onar di Bali, Ketua DPD RI Minta Stakeholder Pariwisata Respon

Liputanindo.id DENPASAR – Maraknya perilaku Bukan terpuji, bahkan aktivitas kriminal dan pelanggaran hukum yang dilakukan wisatawan mancanegara (wisman) di Bali jadi sorotan di media sosial dan platform Berita. Yang terbaru adalah terungkapnya sindikat produsen narkoba, dimana pelakunya wisman yang menyalahgunakan visa kunjungan wisata.

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, masalah sosial di sektor pariwisata ini Dapat menjelma jadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat berat. Ia mengimbau dengan tegas kepada pihak terkait Buat mengupayakan mitigasi dan Perlindungan destinasi wisata secara maksimal.

“Ini harus menjadi perhatian Seluruh stakeholder Pariwisata. Salah satunya kasus wisatawan jadi bandar narkotika di Bali, dimana ini jadi ironi industri pariwisata. Karena, kasus ini muncul di Bali yang merupakan salah satu ikon pariwisata dunia. Dampak negatif yang ditimbulkannya tentu sangat besar. Pariwisata itu sangat sensitif, Eksis gangguan sedikit saja Dapat langsung berimbas ke mana-mana,” kata LaNyalla setiba di Denpasar, Bali, Selasa (28/5/2024), Buat menghadiri FGD tentang Kebudayaan.

Cek Artikel:  September – Oktober, Satgas Niscaya OJK Blokir 302 Pinjol Ilegal dan Konten Pinjaman Pribadi

Sebagai informasi, FGD tersebut rencananya akan dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Mei 2024, di kantor perwakilan DPD RI Provinsi Bali, dengan tema, “Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa: Tantangan Mendunia, Ketahanan Budaya dan Pancasila”. 

Mantan Ketua KADIN Jatim itu melanjutkan, Dampak yang ditimbulkan dari perilaku negatif yang menjurus ke tindak kriminal oleh para wisatawan mancanegara di Bali dapat memunculkan perasaan Bukan Terjamin pada destinasi wisata. 

“Dampak jangka panjangnya adalah penurunan indeks kenyamanan dan keamanan destinasi, yang akibatnya dapat menurunkan Nomor kunjungan wisatawan. Hal Bukan baik lainnya adalah rusaknya Imej dan reputasi destinasi wisata Bali,” cetus LaNyalla.

Impact negatif berikutnya, tambah LaNyalla, tentunya problem ekonomi. Kalau jumlah wisatawan dari kalangan menegah atas menurun, maka aktivitas ekonomi juga akan terdampak. Karena daya beli turun akibat transaksi dalam jumlah besar juga berkurang. Pada akhirnya yang dirugikan juga Bali dan Indonesia.

Cek Artikel:  Penyebab Penerimaan Pajak Jeblok di Awal Tahun Jadi Informasi Terpopuler Ekonomi

Senator asal Jawa Timur itu menyarankan, agar penguatan keamanan dan pengawasan ditingkatkan. Langkah ini Dapat dijalankan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas personel keamanan di destinasi. Sekaligus adanya call center pariwisata.

“Penggunaan CCTV secara masif saya rasa mutlak diperlukan. Upaya preventif lainnya adalah pelatihan dan kolaborasi Seluruh stakeholder pariwisata,” sambungnya.

LaNyalla juga meminta kepada pihak terkait juga mengedepankan pendidikan dan menumbuhkan kesadaran. LaNyalla setuju Indonesia harus mengejar Sasaran peningkatan jumlah wisman. Tetapi di satu sisi juga mengatur mereka dengan Bagus. Seperti dilakukan beberapa negara lain.

Seperti diketahui, banyak unggahan di media sosial maupun platform media mainstream terkait dengan kelakuan Bukan baik yang dilakukan wisatawan mancanegara. Bahkan sejumlah netizen menyebut Bali sedang dijajah dan dilecehkan oleh wisman. Mulai dari kelakuan wisman yang ugal-ugalan di jalan, penampilan tak sopan, aksi mesum di tempat terbuka, bahkan mengotori tempat ibadah penduduk Bali. (DID)

Cek Artikel:  Prospek Cerah Hulu Migas, Kebutuhan Gas Alam Kepada Industri Lagi Tinggi

Mungkin Anda Menyukai