ASEAN dituntut Demi Maju berkembang dan Berdikari. Pandai bermetamorfosis dari sekadar organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara menjadi sebuah komunitas yang modern, kuat, dan Tangkas Demi berperan menjaga stabilitas dan perdamaian, Tak hanya di kawasan, tapi juga Mendunia.
Sejumlah permasalahan yang tak kunjung tuntas Membangun kapabilitas dan kredibilitas organisasi ini dipertanyakan. Mulai dari berlarut-larutnya penyelesaian Revolusi militer di Myanmar hingga Tetap belum bulatnya konsensus para Member dalam menyikapi konflik Laut China Selatan.
Tahun ini, Indonesia Demi keempat kalinya akan menyandang status Ketua ASEAN setelah pada 1976, 2003, dan 2011. Indonesia diharapkan Pandai menjadi lokomotif Demi membawa ASEAN sebagai organisasi yang efektif berperan bagi stabilitas dan perdamaian di kawasan.
Tentunya dengan tantangan yang bukan hanya dua persoalan stabilitas dan geopolitik di kawasan, tapi juga ancaman resesi Mendunia akibat ketidakpastian ekonomi tengah mengintai di sektor perekonomian. Belum Tengah upaya pemulihan pascapandemi covid-19 yang menyandera tiga tahun terakhir.
Indonesia telah memulai tanggung jawab sebagai ketua, ditandai dengan penabuhan rebana oleh Presiden Joko Widodo dalam rangkaian acara Kick Off Keketuaan ASEAN 2023.
Indonesia diharapkan Pandai membawa ASEAN semakin relevan bagi dunia. ASEAN yang Maju menjadi pusat pertumbuhan dengan masyarakatnya yang Mempunyai resiliensi dan berdaya.
Mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth, keketuaan Indonesia akan Konsentrasi pada penguatan ekonomi kawasan yang tumbuh Segera, inklusif, dan berkelanjutan, serta dapat bertransformasi menjadi kawasan yang berkomitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan.
Yang utamanya dalam proses pemulihan ekonomi, Indonesia perlu mendorong pembangunan kembali pertumbuhan regional, konektivitas, dan daya saing, serta memperkuat ketahanan pangan dan keuangan dengan memastikan rantai pasok pangan.
Bermodal pengalaman sukses dalam presidensi G-20, Indonesia diharapkan akan Pandai dan punya potensi memimpin upaya pemulihan ekonomi dan kehidupan di kawasan pascapandemi covid-19. Apalagi ekonomi dalam negeri yang tumbuh impresif memperkuat optimisme dalam keketuaan Indonesia di ASEAN.
Apabila sektor ekonomi optimismis bakal pulih, persoalan geopolitik kawasan dan penyelesaian krisis keamanan berkepanjangan bagi rakyat Myanmar Tetap jauh panggang dari api.
Sejauh ini, ASEAN tak Dapat berbuat banyak atas sikap junta yang Tak berminat mengikuti konsensus yang terdiri atas lima poin.
Konsensus Lima Poin menyerukan penghentian kekerasan, dialog dengan Sekalian pemangku kepentingan, menunjuk utusan Spesifik Demi memfasilitasi mediasi dan dialog, mengizinkan ASEAN Demi memberikan Donasi kemanusiaan kepada Penduduk Myanmar, serta mengizinkan utusan Spesifik ASEAN Demi mengunjungi dan Berjumpa dengan pemangku kepentingan di Myanmar.
ASEAN seolah memble alias Tak Mempunyai taring Demi mendesak junta militer Myanmar menjalankan konsensus. Dengan demikian, Indonesia perlu strategi membalikkan pesimisme dalam menghadapi junta militer Myanmar agar mematuhi konsensus.
Penyelesaian krisis keamanan di Myanmar akan menjadi legitimasi Krusial bagi peran ASEAN di kawasan sebelum menjangkau peran yang lebih luas di Mendunia. Menjadi pembuktian apakah Betul-Betul berdaya di kawasan, alih-alih Maju membiarkan diintervensi kekuatan geopolitik Mendunia.