DBD Berulang Gaduho Lebih Parah

DBD Berulang Berisiko Lebih Parah
Vaksinasi menjadi bagian dari langkah pencegahan DBD.(Dok. Freepik)

BUNDA atau keluarga pernah mengalami Demam Berdarah Dengue (DBD)? Kalau pernah, sebaiknya tingkatkan kewaspadaan. Pasalnya, virus dengue penyebab DBD bisa menginfeksi ulang. Infeksi dengue yang berulang berisiko menyebabkan dampak yang lebih parah.

Lebih detailnya, berikut penjelasan spesialis dokter anak, dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A, pada talk showBye Bye DBD: 3M Plus dan Vaksin DBD Metode Terkini Terhindar dari Demam Berdarah”, yang diselenggarakan oleh perusahaan biofarmasi PT. Takeda Innovative Medicines, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Akibatkan Demam Dengue dan BDD

Infeksi virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan kemudian dapat menularkan virus kepada orang sehat melalui gigitannya.

Baca juga : Vaksinasi Lengkapi Upaya Pencegahan DBD, Ekonomis Biaya Kesehatan

Virus dengue dapat mengakibatkan dua kondisi, yaitu demam dengue dan DBD. Demam dengue biasanya menimbulkan gejala lebih ringan, ditandai dengan demam secara tiba-tiba dan berbagai gejala yang tidak spesifik, termasuk sakit kepala bagian depan, nyeri tubuh, mual, muntah, nyeri sendi, lemas, dan ruam. Eksispun DBD menyebabkan gejala yang berat seperti pecahnya pembuluh darah kapiler, termasuk yang paling umum terjadi adalah petekie (bintik merah) dan purpura (ruam ungu) pada kulit, bersama dengan perdarahan gusi dan saluran cerna.

Cek Artikel:  Kisah Para Jagoan Pembersih di YukKudusin yang Kerja Sembari Kuliah

Infeksi Berulang bisa Lebih Parah

DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue, dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah. “Demi itu, kita semua perlu lebih waspada, terutama pada pagi dan sore hari saat nyamuk biasanya menggigit, yaitu waktu ketika kita paling aktif. Menurut data Kementerian Kesehatan, setiap hari, dua orang di Indonesia meninggal karena DBD,” ujar dr. Nunki.

Belum Eksis Obat Tertentu

Demi ini, belum ada pengobatan yang khusus untuk menyembuhkan DBD. DBD memang termasuk self limiting disease atau bisa sembuh sendiri. Pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien DBD ialah untuk mengatasi gejala, seperti pemberian cairan infus dan penghilang nyeri (pain killer). DBD terdiri dari tiga fase, yaitu fase demam tinggi di 1-3 hari pertama, fase kritis pada hari ke-4 dan 5, serta fase penyembuhan, yaitu di hari ke-6 dan 7.

Baca juga : Krusialnya Peran Masyarakat dalam Lindungi Keluarga dari Ancaman DBD

“Waspada pada fase kritis, karena pasien dapat mengalami pendarahan dan syok yang membahayakan nyawa. Oleh karena itu, pasien DBD perlu perawatan khusus,” jelas dr. Nunki.

Cek Artikel:  Tiga Hal yang Dilakukan Anissa Aziza agar Tak Zonk Berbelanja di E-commerce

DBD Masalah Komunitas

DBD bukan masalah individu, melainkan masalah komunitas. Asal Mula, infeksi dengue tidak hanya berisiko terhadap kesehatannya sendiri, tetapi juga berpotensi menularkan ke orang lain. Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduk.

“Infeksi virus dengue tidak dapat menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya. Transmisi virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk. Jadi, bapak dan ibu yang memiliki buah hati, ketika bapak/ibu digigit oleh nyamuk pembawa virus dengue, perlu berhati-hati karena dapat menularkan kepada anak-anak,” kata dr. Nunki.

Baca juga : Ini Akibat Penderita DBD saat Terlambat Ditangani

Lakukan Pencegahan Komprehensif

Penyakit DBD memberikan dampak dan tekanan yang besar bagi para keluarga. Kekhawatiran karena anak atau orang tua harus dirawat di rumah sakit menjadi beban tersendiri. Dibutuhkan upaya pencegahan yang komprehensif agar kita dapat terhindar dari DBD. Langkah-langkah seperti gerakan 3M Plus sangat membantu dalam meminimalkan risiko melalui pengendalian vektor nyamuk. Langkah 3M Plus yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk, plus upaya pendukung lainnya.

Cek Artikel:  Ini Usia Optimal untuk Mengkhitan Anak

Vaksin DBD untuk Usia 6-45 Pahamn

Sebagai bagian dari langkah 3M Plus, cara inovatif untuk memberikan perlindungan lebih, seperti vaksinasi DBD, perlu dipertimbangkan. Demi ini, vaksin DBD yang tersedia di Indonesia diperuntukkan bagi kelompok usia 6-45 tahun. Vaksin itu dapat diberikan baik untuk orang yang belum maupun sudah pernah mengalami DBD, serta dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat.

“Demi mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan. Dengan memberikan perlindungan ‘dari dalam’ kepada seluruh anggota keluarga, kita dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dari risiko DBD parah dan perawatan di rumah sakit,” tutup dr. Nunki.

Secara terpisah, Presiden Direktur PT. Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengutip WHO yang menyatakan DBD sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat utama di dunia dan Indonesia menjadi salah satu negara yang paling terdampak. “Di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD sepanjang tahun. Mari kita tingkatkan kesadaran, perkuat pengendalian nyamuk dengan menerapkan 3M Plus dan manfaatkan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin, sebagaimana direkomendasikan oleh asosiasi medis,” ucapnya. (B-1)

Mungkin Anda Menyukai