Jangkar Kebangsaan


INDONESIA merdeka atas jasa perjuangan berbagai elemen bangsa, dengan darah dan air mata. Perjuangan senasib dan sepenanggungan memperkuat kebangsaan Indonesia, bangsa dengan Variasi Keyakinan, kepercayaan, adat, Spesies bangsa, bahasa, dan budaya. Salah satu elemen bangsa yang berdiri terdepan dalam mengusir penjajahan Belanda dan bangsa-bangsa lain, juga membangun pilar berbangsa dan bernegara dengan hadirnya Pancasila, ialah Nahdlatul Ulama.

Ormas Islam terbesar di Indonesia itu kini memasuki usia 100 tahun atau satu abad. Usia yang bukan Kembali matang, tapi juga kokoh sebagai organisasi yang solid dengan doktrin ahlus-sunnah wal jamaah, yakni ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Dalam konteks sosial kemasyarakatan, maka doktrin itu berpangkal pada landasan tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), al ‘adalah (keadilan), dan amar ma’ruf nahi munkar (mendorong perbuatan Bagus dan mencegah perbuatan munkar).

Cek Artikel:  Adu Baliho Ganjar-Prabowo Rebutan Jokowi

Nahdlatul Ulama adalah aset bangsa. Jutaan sekolah, pesantren, dan lembaga amal lainnya di Rendah organisasi ‘Bintang Sembilan’ ini telah berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun watak bangsa, dan membawa Indonesia ke dalam peradaban baru, yakni maju, kritis, toleran, dan inklusif. Jutaan santri nahdiyin yang terbentang dari Sabang Tiba Merauke bahkan hingga mancanegara Bisa berdialektika dengan komunitas lintas Keyakinan. Duduk sejajar dan berdiskusi Demi mencari kalimatun sawa (titik pandang yang sama) demi membangun bangsa dan negara.

Di tengah menguatnya ideologi transnasional akibat kemudahan teknologi komunikasi dan informasi, eksistensi NU Bisa memoderasi kerasnya paham keagamaan yang membawa kepada radikalisme dan terorisme. Terlebih dari Sekeliling 274,9 juta jiwa total penduduk Indonesia, sebanyak 80% pengguna akun media sosial adalah generasi milenial dan Z, yang notabene sangat mudah dipengaruhi oleh konten-konten negatif seperti ideologi kekerasan. Badan Intelijen Negara pada 2021 menyebutkan 85% generasi milenial rentan terpapar radikalisme melalui platform media sosial.

Cek Artikel:  Memenangkan Demokrasi tanpa Intimidasi

Dalam usia seabad, organisasi yang didirikan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari ini telah Bisa menjadi jangkar keagamaan yang moderat (mas’uliyah diniyah) dan jangkar kehidupan kebangsaan (mas’uliyah wathaniyah). Kedua jangkar ini menjadi landasan Demi berperan aktif menjalankan agenda-agenda pembangunan, meningkatkan kualitas sumber daya Insan, menguatkan intelektualisme, dan memperkaya keberagaman. Tema Harlah 1 Abad NU, Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru, Mempunyai relevansi dengan tantangan masa kini yang semakin Elastis. NU benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia terutama di tahun politik.

Mungkin Anda Menyukai