Dino Patti Djalal Soroti Peran Global Indonesia di Era Prabowo

Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal. Foto: Liputanindo.id/Muhammad ReyhanSyah

Jakarta: Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai Presiden Prabowo Subianto senang Mempunyai peran Global. Meski demikian, harus Terang strategi kebijakan luar negeri yang akan diambil.

Kepada Liputanindo.id, Dino menjelaskan, politik luar negeri Indonesia menjadi perhatian di dalam negeri sejak periode kedua Presiden Joko Widodo. Keberhasilan Indonesia menjaga G20 tetap utuh menjadi perbincangan positif di dunia Global.

“Di sana memang menurut saya prestasi terbesar Presiden Jokowi, legasi terbesarnya adalah dalam menjaga keutuhan G20 pada Begitu mau ambruk G20 itu,” ucap Dino.

“Sekarang sudah Eksis lembaran baru Presiden Prabowo, itu Segala orang meyakinkan bahwa ini akan menjadi Presiden politik luar negeri yang sangat aktif, karena beliau senang masalah Interaksi Global dan beliau juga Dapat berbagi bahasa dan senang bergaul,” lanjut mantan wakil menteri luar negeri itu.

Ia kembali mengingatkan Menteri Luar Negeri Sugiono Kepada memberikan pernyataan mengenai strategi politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan baru ini.

Prabowo siap ‘bermain’ Dunia

Dino juga mengomentari kunjungan kenegaraan Prabowo yang dilakukan secara langsung ke beberapa negara. Ia menilai langkah awal Prabowo menjadi sinyal bagi negara lainnya.

Cek Artikel:  Kubu Berkuasa dan Oposisi Bertanding Bentuk Mayoritas di Parlemen Jepang

“Menurut saya yang paling, ini kan langkah pertama nih sejak jadi Presiden ya. Jadi sinyal yang paling Esensial adalah, I’m here dan saya sudah siap jadi pemain,” kata Dino.

Waktu Era Presiden Jokowi dulu, terangnya, sinyalnya diberikan berbeda. Jokowi Kagak tampil, walaupun ia datang ke berbagai negara dan pertemuan Global, Tetapi Kagak tampil. 

“Ini beliau sudah tampil dan memberikan pidato yang juga bagus dan lain sebagainya gitu kan. Jadi saya kira a good start ya,” lanjut Dino.

Tetapi, ia mengingatkan agar jangan Tamat hanyut dalam ‘diplomasi merry-go-round’. 

Menurutnya, Kepada pertemuan rutin seperti sidang Lumrah PBB, G20, ASEAN, MIKTA, dan lainnya Apabila ditotal Dapat dua bulan dari setahun. Dan menurut Dino, banyak pemimpin yang ‘hanyut’ karena Kagak punya konsep dalam strategi kebijakan luar negeri mereka.

“Ini secara Dunia ya, pemimpin-pemimpin yang masuk kemudian mereka Mengerti-Mengerti Eksis rutinitas yang luar Lumrah. Nah, pemimpin lain itu banyak yang hanyut. Ya hanyut kenapa? Jadi gak Dapat dari sini ke sana dan kalau gak Eksis konsep, parah. Buang waktu, ya kan? Makanya dari awal beliau harus punya suatu konsep, suatu strategi,” kata Dino.

Ia menegaskan, konsep yang dimaksud adalah Eksis tujuan yang Mau diperjuangkan dalam berbagai pertemuan tersebut.

Cek Artikel:  Kasus Covid-19 di Jepang Meningkat, Tindakan Pencegahan Digencarkan Tengah

“Nah, itu yang menurut saya dalam 3-6 bulan ke depan harus dirumuskan,” tegas mantan Duta Besar RI Kepada Amerika Perkumpulan itu.

Kunjungan ke Tiongkok

Tiongkok menjadi negara pertama yang dikunjungi Prabowo usai menjabat sebagai kepala negara. Menurut Dino, Tiongkok memang merupakan Kawan Krusial Indonesia dalm berbagai hal.

“Ini dicerminkan waktu beliau terpilih,diumumkan terpilih menang pemilu negara pertama yang dikunjungi adalah Tiongkok. Dan setelah Formal menjadi presiden, negara pertama juga adalah Tiongkok,” ucap Dino.

“Jadi ini sebagai diplomat ini Terang sinyal. Sinyal kepada Tiongkok. Dan mungkin juga kepada dunia bahwa Indonesia dan Tiongkok itu Eksis Interaksi yang kuat. Dan terutama Pak Prabowo itu Menyantap Eksis suatu kesusahan tertentu mengenai Tiongkok,” tegasnya.

Tetapi, ia menyoroti pernyataan Serempak antara Presiden Prabowo dengan mitranya dari Tiongkok, Xi Jinping. 

“Mungkin yang perlu diperjelas adalah mengenai joint statement yang banyak disorot di tanah air. Karena orang nanya ini apakah Eksis pergeseran posisi atau enggak. Nah, ini harus dijelaskan sekali Tengah oleh Menteri Luar Negeri,” ujar Dino.

Pasalnya, kata Dino, selama ini posisi Indonesia sangat tegas. Kagak Eksis tumpang tindih klaim Indonesia dan Tiongkok. 

Cek Artikel:  Soal Belasan WNI Jadi Korban Penipuan Kerja di Myanmar, Kemlu RI Koordinasi Ketat dengan KBRI Yangon

Dino mengatakan, pertanyaan tentang posisi Indonesia  itu sedikit mereda setelah Kementerian Luar Negeri mengularkan statement bahwa RI Kagak mengakui sembilan garis putus dari Tiongkok.

“Kalau memang itu berarti kita juga harus explicit, bukan implicit, explicit juga menyatakan Kagak Eksis tumpang tindih klaim antara Indonesia dan Tiongkok,” ucap Dino.

Dino menegaskan, permasalahan tersebut sangat sensitif karena mengancam kedaulatan Indonesia.

“Ini masalah yang sangat strategis. Ini masalah kedaulatan, kewilayahan. Kita kan tentu enggak Dapat main-main dengan urusan yang sangat sakral ini. Dan kita harus tegas membela kepentingan nasional Indonesia di sini,” lanjut Dino.

Setelah mengunjungi Tiongkok, Prabowo bertolak ke Amerika Perkumpulan. Dino menilai AS menjadi negara kedua hanya karena masalah logistik. 

Tetapi, ia menyoroti pernyataan Serempak antara Prabowo dan Presiden AS Joe Biden yang panjang dan komprehensif.

“Dan saya juga baca bagus. Pertanyaanya adalah apakah joint statement ini akan diadopsi oleh pemerintah Trump. Menurut saya kemungkinan besar iya,” tuturnya.

“Karena itu juga banyak kepentingan Amerika yang Eksis di sana. Tapi kita lihat aja bagaimana kedepannya. Tapi yang Terang kita harus menjaga Interaksi Bagus dengan Beijing dan juga dengan Washington DC,” pungkas Dino.

Mungkin Anda Menyukai