Liputanindo.id – Kantor Kejaksaan Mulia Peru mengajukan surat pengaduan konstitusional terhadap Presiden Dina Boluarte atas kasus dugaan korupsi. Dugaan korupsi ini Dapat berujung pada proses pencopotan jabatan Dina dari kursi presiden.
Mengutip Al Jazeera, pengaduan tersebut menuduh Boluarte menerima suap dengan mengacu pada penggunaan jam tangan mewah miliknya. Tuduhan Formal ini muncul ketika popularitas pemimpin tersebut merosot ke titik terendah.
Kalau Kongres mengambil tindakan, tuduhan tersebut dapat menyebabkan pemecatan Dina Boluarte.
Perpolitikan Peru yang semakin bergejolak telah menuntut beberapa pendahulu Boluarte dalam beberapa tahun terakhir, dengan Member parlemen sering kali memainkan peran Penting dalam melancarkan proses pemecatan terhadap presiden negara Andean tersebut.
Perdana Menteri Gustavo Adrianzen mencemooh pengaduan tersebut sebagai penganiayaan yang Kagak Layak, Kagak konstitusional dan ilegal, dalam komentar yang dibuat di stasiun penyiaran lokal Canal N.
Adrianzen memastikan bahwa presiden Kagak akan terganggu oleh kegaduhan politik yang sedang terjadi.
Dina Boluarte, mantan wakil presiden, telah menghadapi pemeriksaan dan penggerebekan polisi atas penggunaan beberapa jam tangan Rolex dan perhiasan lainnya yang tampaknya bertentangan dengan gaji publiknya yang rendah.
Dia membantah melakukan kesalahan dalam kasus tersebut, dengan Argumen bahwa barang mewah tersebut dipinjamkan kepadanya oleh gubernur setempat.
Pengaduan korupsi ini menandai pengaduan konstitusional kedua yang dihadapi Boluarte selama kurang dari dua tahun pemerintahannya.
November Lampau, Jaksa Mulia mengajukan pengaduan terhadap presiden atas penanganannya terhadap kerusuhan sosial yang mematikan setelah pendahulunya digulingkan.
Pada akhir tahun 2022, Presiden Ketika itu Pedro Castillo mencoba membubarkan Kongres secara ilegal sebelum dilakukan pemungutan Bunyi Kepada mencopotnya dari jabatannya. Penggulingannya dan penangkapannya Membikin negara itu dilanda kemarahan dan protes keras selama berminggu-minggu yang merenggut sedikitnya 40 nyawa.