Negara Majal, Pangan Mahal


SUDAH jamak tiap kali memasuki Ramadan, pengeluaran Buat belanja komoditas pangan terasa lebih berat membebani kantong rumah tangga. Harga-harga naik, bahkan sebelum bulan puasa.

Memang Terdapat kenaikan volume belanja rumah tangga. Teorinya, sesuai hukum pasar, ketika permintaan terhadap suatu produk naik, ketersediaan barang menjadi berkurang. Harganya akan tersundul naik.

Akan tetapi, pergerakan harga bahan pokok di Tanah Air Tak sepenuhnya mengikuti hukum pasar. Terdapat sejumlah distorsi seperti Pengaruh psikologis atau kebiasaan bahwa bila masuk bulan puasa, harga-harga pangan harus naik.

Yang Tak kalah mengganggu ialah permainan stok dan harga oleh tengkulak dan mafia. Dengan distorsi-distorsi itu, walaupun ketersediaan mencukupi, masyarakat sebagai konsumen terpaksa membayar dengan harga lebih mahal.

Presiden Joko Widodo sepekan sebelum memasuki Ramadan 1444 H sempat menyatakan keheranannya. Meski sudah panen raya, harga beras bergeming tetap mahal. Bahkan, di beberapa daerah harga beras Lagi Lalu naik.

Cek Artikel:  Presiden Rasa Tim Sukses

Kepala Negara heran, rakyat pun pusing tujuh keliling.

Situasi itu sudah menyalahi hukum pasar. Artinya, Terdapat tangan-tangan yang memainkan stok dan harga. Kita sebut saja tangan-tangan mafia. Toh, mafia beras memang Akurat Terdapat dan itu diakui pula oleh Dirut Bulog Budi Waseso.

Sayangnya, pemerintah seperti Tak berdaya menghadapi mafia beras. Buktinya, harga beras tetap pongah di awal puasa ini meski pemerintah berulang kali mengatakan stok Terjamin yang diperkuat oleh 500 ribu ton beras impor.

Mantra ‘stok Terjamin’ juga diterapkan di bahan-bahan pokok lainnya. Stok daging Terjamin, stok cabai Terjamin, stok minyak goreng Terjamin, stok telur Terjamin, Sekalian Terjamin. Intinya, kata pak/bu pejabat, ketersedian bahan pokok mencukupi Buat memenuhi kebutuhan Ramadan.

Cek Artikel:  Kembali Berdaulat di Sektor Pangan

Sesungguhnya masyarakat Tak Acuh soal seberapa Terjamin stok. Yang mereka Mengerti dan rasakan harga-harga naik. Kita perlu ingatkan Kembali tugas pemerintah menjaga stabilitas harga bahan pokok di tingkat yang terjangkau. Bukan Konsisten di tingkat yang mahal.

Pemerintah daerah harus terbiasa bergerak Segera meredam gejolak harga yang lolos dari antisipasi. Koordinasi antardaerah perlu diintensifkan Buat memeratakan pasokan di antara daerah produsen dan daerah konsumen. Jangan Tiba harga melonjak di satu daerah dan di daerah lainnya anjlok hingga memukul petani atau peternak.

Di sisi lain, Tiba Ketika pemerintah mau Lalu-menerus kalah (atau sengaja mengalah) oleh tingkah mafia? Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, Ramadan baru pemulaan. Lagi Terdapat momen jelang Hari Raya Idul Fitri yang Kembali-Kembali bakal memancing permainan harga.

Cek Artikel:  Magnet Politik Khofifah-Yenny Wahid

Kita Lagi ingat permainan stok dan harga minyak goreng pada 2021-2022 yang Membikin harga minyak goreng naik hingga tiga kali lipat. Stok produksi melimpah, tetapi minyak goreng murah lenyap dari pasaran.

Sebagian pelakunya diseret ke pengadilan. Tetapi, kemudian satu per satu mereka diganjar hukuman yang jauh lebih ringan daripada tuntutan. Skor 2-0 Buat mafia.

Tugas stabilitas harga bahan pangan memang bukan perkara mudah. Perlu kerja keras dan keberanian Buat memastikan ketersediaannya mencukupi dan terdistribusi dengan Fasih hingga ke tingkat konsumen.

Yang lebih Krusial Kembali ialah memastikan keseimbangan harga yang diterima masyarakat dan pendapatan petani/peternak. Jangan Tiba masyarakat terbebani oleh lonjakan harga dan petani menanggung kerugian karena harga merosot.

Mungkin Anda Menyukai