Kartu Kuning FIFA bukan Prestasi

PEMBATALAN Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan Piala Dunia U-20 2023 oleh FIFA, pekan Lewat, akhirnya Bukan berbuntut Hukuman tambahan yang memedihkan. Ketua Standar PSSI Erick Thohir memastikan Indonesia terhindar dari Hukuman susulan berskala berat. Ia mengistilahkan Indonesia Hanya diberi kartu kuning oleh FIFA, Bukan Tiba kartu merah.

Itu Jernih sebuah Info gembira mengingat sebelumnya sangat santer dinarasikan bahwa Indonesia bakal dikenai hukuman berat, bahkan Tiba pengucilan dari persepakbolaan Dunia. Bentuk pengucilan itu antara lain pembekuan Segala kompetisi yang dibawahi FIFA, termasuk Aliansi domestik. Selain itu, Indonesia Bukan boleh berpartisipasi pada kompetisi skala Dunia, Bagus klub maupun tim nasional.

Tetapi, patut disyukuri, pada akhirnya Segala ancaman itu Bukan terjadi. FIFA hanya memberikan Hukuman administrasi berupa pembekuan Biaya FIFA Forward Buat keperluan operasional PSSI. Hal itu pun akan di-review kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia yang diajukan Ketum PSSI kepada Presiden FIFA, berbarengan Ketika proses lobi demi keringanan Hukuman.

Cek Artikel:  Gema Pesan Keteladanan

Lolos dari Hukuman berat apakah sebuah kemenangan buat sepak bola Indonesia? Tentu saja Bukan. Sama sekali Bukan. Harus jujur diakui, ‘kebaikan’ FIFA itu hanya menghindarkan kita dari kekalahan yang lebih telak. Dengan begitu, semestinya Daya dan mental kita Bukan langsung terkuras habis. Tetap Terdapat sisa tenaga Buat Terbangun dan memulihkan diri dari kekalahan.

PSSI tak layak Arogan atau merasa menjadi pihak paling berkontribusi atas jatuhnya Hukuman ringan dari FIFA. Sesungguhnya, Hukuman apa pun, meski itu hanya sekelas kartu kuning, harus menjadi peringatan bahwa kualitas pengelolaan sepak bola, dan barangkali pengelolaan olahraga secara Standar di Tanah Air, belum berjalan seperti yang Sebaiknya.

Publik pun tak perlu terlalu bersukacita menyambut hukuman ringan yang diberikan FIFA karena faktanya Tetap banyak persoalan yang mesti Segera dibereskan di cabang olahraga dengan penggemar terbanyak di Tanah Air itu. Belum saatnya kita bergembira karena yang baru saja diputuskan FIFA itu bukan sebuah prestasi dari sepak bola kita. Sebut saja itu ‘belas Iba’ FIFA.

Cek Artikel:  Batasi Jabatan Wakil Rakyat

Selama ini publik kerap ‘dihibur’ dengan pengusutan puncak gunung es persoalan di jagat sepak bola nasional. Tetapi, Dekat tak pernah Terdapat yang tuntas hingga ke akar-akarnya. Percayalah, ketika masalah-masalah klasik Tetap mengelayuti persepakbolaan nasional, tanpa Terdapat terobosan solusi, masyarakatlah yang akan Lanjut dikecewakan.

Karena itu, kita mengajak publik Buat Pandai Lanjut menjaga sikap kritis di tengah kecintaan kita terhadap sepak bola nasional. Kritis terhadap induk organisasi (PSSI), kritis terhadap pemerintah, dan kritis terhadap segala upaya politisasi sepak bola, termasuk manuver sejumlah elite politik yang Ingin mencampuradukkan politik dan olahraga dengan Derajat yang Bukan pas.

Di sisi lain, pemerintah juga tak boleh membiarkan arena olahraga dimasuki kepentingan politik secara semena-mena. Tugas pemerintah Buat membangun komunikasi politik yang Bagus dengan para elite sehingga Bukan Terdapat gap antara keinginan pemerintah dan politisi. Bukan boleh Tengah Terdapat beda visi seperti tempo hari. Di satu sisi pemerintah bermimpi menjadi tuan rumah piala dunia, tapi di sebelah sana para politikus Bahkan berkehendak mengubur mimpi itu.

Cek Artikel:  Operasi Senyap Revisi UU MK

Ingat, akan Terdapat sejumlah event olahraga Dunia dihelat di Tanah Air yang melibatkan tim Israel. Apakah kejadian batalnya Piala Dunia U-20 akan menjadi pelajaran? Atau gara-gara Hukuman ringan FIFA kita menjadi lupa dan kembali mengulang kesalahan yang sama? Semoga Bukan.

Mungkin Anda Menyukai