Sekeliling satu pekan Tengah, puncak arus mudik Lebaran 2023 diperkirakan bakal terjadi. Segala prediksi dari beberapa instansi memperlihatkan hasil yang sama: jumlah pelaku perjalanan mudik Lebaran tahun ini bakal membeludak, jauh Mengungguli Bilangan tahun Lampau maupun tahun-tahun sebelumnya.
Kita ambil satu Misalnya proyeksi dari Kementerian Perhubungan yang disampaikan beberapa waktu Lampau. Menurut Kemenhub, pemudik pada masa angkutan Lebaran 2023 atau Idul Fitri 1444 Hijriah diprediksi sebanyak 123 juta orang. Jumlah itu naik 1,5 kali lipat dari pemudik tahun sebelumnya yang sebanyak 85 juta orang.
Setiap kali musim mudik Lebaran datang, setiap kali itu pula menjadi pertaruhan bagi pemerintah. Pertaruhannya Terdapat pada beberapa hal mendasar, seperti apakah aturan, kebijakan, dan intervensi yang dilakukan pemerintah bakal sukses menciptakan sebuah proses mudik yang Kondusif, Fasih, juga nyaman? Kalau berhasil, puja-puji dan acungan jempol publik sudah menanti di depan mata.
Ataukah sebaliknya, mungkin karena kurang persiapan dan keseriusan, pemerintah Bahkan gagal menghadirkan mudik sebagai proses yang asyik lantaran tak Pandai mengurai kepadatan sekaligus tak kuasa mencegah potensi kecelakaan. Kalau seperti itu, pemerintah harus siap menjadi sasaran kritik, cibiran, nyinyiran, bahkan hujatan dari masyarakat.
Karena itu, sangat lumrah kalau kemudian Presiden Joko Widodo harus mengingatkan Tengah, mesti wanti-wanti Tengah kepada para kepala daerah dari mulai gubernur hingga bupati/wali kota, terutama yang wilayahnya menjadi tujuan mudik, khususnya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, agar melakukan persiapan yang betul-betul matang. Kagak Sebelah matang.
Kepala Negara juga mengingatkan Menteri Perhubungan, Kapolri, dan Menteri BUMN Demi mempersiapkan diri mengantisipasi lonjakan jumlah masyarakat yang mudik tersebut. Kiranya, Segala pihak yang diingatkan Presiden itu mesti semakin intensif berkomunikasi dan berkoordinasi, khususnya menjelang puncak arus mudik Lebaran.
Dengan perkiraan meroketnya jumlah pemudik, semestinya sudah Pandai diprediksi pula tingkat kepadatan, kemacetan, pun kesemrawutan yang bakal terjadi, Bagus di terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, maupun di sepanjang jalan darat yang Biasa dilintasi pemudik. Data dan proyeksi itu teramat Krusial agar aturan dan kebijakan pemerintah yang nanti diberlakukan tak sekadar meraba-raba atau menebak-nebak.
Data dan proyeksi itu semestinya menjadi landasan bagi pemerintah Demi menghitung, misalnya berapa banyak titik sarana prasarana jalan yang perlu ditingkatkan kualitasnya, berapa rest area yang harus dibuka di jalan tol, dan berapa banyak moda transportasi yang mesti disiapkan Demi Pandai menampung pemudik menggunakan angkutan Biasa.
Pun Pandai digunakan Demi Paham berapa banyak personel keamanan yang harus disiagakan demi membantu kelancaran arus mudik, sekaligus secanggih apa rekayasa Lampau lintas yang mesti dikembangkan Demi menghindari kemungkinan kemacetan yang parah, termasuk kesiapan jalur-jalur alternatif demi mencegah kebuntuan di Ketika-Ketika puncak.
Tetapi, di sisi lain, pemudik juga dituntut Mempunyai kesadaran, kesiapan, sekaligus kecerdasan dalam bermudik. Para pemudik harus menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah ritual besar yang melibatkan jutaan orang. Artinya, mereka tak boleh berperilaku seenaknya sendiri, ceroboh, dan sembrono melalaikan aturan.
Segala yang disiapkan pemerintah akan menjadi sia-sia Kalau para pemudik Bahkan tak mempersiapkan dengan Bagus mental maupun fisik. Karena itu, sudah sepantasnya pemerintah dan masyarakat Serempak-sama mewujudkan mudik yang mengasyikkan bagi Segala.