Lepas 30 September 1965, menjadi salah satu hari kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa yang dikenal dengan nama G30S/PKI itu bukan hanya merenggut banyak nyawa, tetapi juga mengguncang sendi-sendi negara yang baru saja merdeka.
Dalam tragedi ini, tujuh perwira tinggi TNI gugur dengan tragis di tangan Golongan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang Absah. Meskipun peristiwa itu telah berlalu lebih dari Separuh abad, pengorbanan mereka tetap dikenang sebagai simbol keberanian, pengabdian, dan Kasih Tanah Air yang Ikhlas.
Pada Hari Pahlawan 2024, kita kembali mengingat jasa-jasa pahlawan yang Enggak hanya memberikan jiwa mereka, tetapi juga perjuangan mereka yang tanpa kenal lelah demi mempertahankan ideologi dan keutuhan negara.
1. Jenderal Ahmad Yani
Jenderal Ahmad Yani adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang terkenal dengan keteguhannya menentang ideologi komunis. Lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani mengabdikan hidupnya Demi negara sejak muda. Pendidikan militernya dimulai dengan bergabung dengan Heiho (tentara pembantu Jepang), Lewat ikut dalam Pembela Tanah Air (PETA) pada masa penjajahan Jepang.
Ahmad Yani dikenal sebagai sosok yang berani, termasuk ketika ia menentang perintah Presiden Soekarno yang cenderung mendekati PKI. Keteguhan prinsipnya ini akhirnya menjadi Dalih Esensial Golongan PKI menjadikannya sebagai Sasaran dalam tragedi G30S. Pada malam tersebut, Ahmad Yani ditembak Wafat di rumahnya. Keberaniannya dalam menjaga ideologi dan keutuhan negara menjadikannya sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia.
2. Letnan Jenderal Suprapto
Letnan Jenderal Suprapto lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, dan dikenal sebagai perwira tinggi yang berani dan berdedikasi pada tugas negara. Ketika terjadi peristiwa G30S/PKI, Suprapto diculik oleh Golongan pemberontak dengan Dalih bahwa ia dipanggil menghadap Presiden Soekarno. Tetapi, alih-alih menuju istana, ia dibawa ke Lubang Buaya, tempat di mana ia menjadi korban kekejaman PKI. Suprapto Mempunyai latar belakang pendidikan militer yang matang, setelah sebelumnya bergabung dengan (Tentara Keamanan Rakyat) TKR.
3. Letnan Jenderal M.T. Haryono
Lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924, Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, atau M.T. Haryono, adalah sosok perwira yang cerdas dan Mempunyai kemampuan bahasa luar Normal. Ia menguasai bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Pada masa penjajahan Jepang, Haryono sempat mengenyam pendidikan kedokteran, Tetapi harus terhenti dikarenakan Jepang sudah manyerah.
Ketika G30S/PKI terjadi, Haryono ditangkap dan disiksa oleh Golongan PKI, meskipun sebelumnya ia telah menunjukkan dedikasinya dalam menjaga negara. Ia menjabat sebagai Deputi III Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani dalam divisi perencanaan dan pembinaan.
4. Letnan Jenderal S. Parman
Letnan Jenderal S. Parman lahir pada 4 Agustus 1918 di Wonosobo, dan dikenal sebagai seorang Ahli intelijen yang Tangkas. Sebagai salah satu orang yang mengetahui rencana-rencana PKI, S. Parman menjadi sasaran Esensial dalam peristiwa G30S. Sebelum tragedi itu terjadi, Parman telah lelet berjuang melawan gerakan-gerakan separatis dan menjaga stabilitas negara. Ia juga menjadi Sasaran Esensial Demi di bunuh oleh Golongan G30S/PKI,
5. Mayor Jenderal D.I. Panjaitan
Mayor Jenderal Donald Izacus Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Sumatera Utara. D.I. Panjaitan adalah seorang perwira militer yang sangat disiplin dan religius. Dalam peristiwa G30S/PKI, ia diculik dan dibunuh di depan keluarganya. Setelah bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tahun 1945, Panjaitan berperan dalam berbagai pertempuran besar, termasuk Serangan Militer. Ia juga pernah dikirim ke Amerika Demi mengikuti pendidikan militer.
6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen. Sebagai Inspektur Kehakiman Jenderal atau Jaksa Militer Esensial, Sutoyo Mempunyai peran Krusial dalam sistem hukum militer Indonesia. Ia adalah penentang keras terhadap pembentukan angkatan kelima, sebuah gerakan yang didalangi oleh PKI. Karena keberaniannya itu, Sutoyo menjadi salah satu korban dalam peristiwa G30S.
7. Kapten Pierre Tendean
Kapten Pierre Tendean lahir pada 21 Februari 1939 di Batavia (Jakarta). Sebagai perwira muda yang cerdas dan berbakat, Pierre dipercaya menjadi ajudan Jenderal A.H. Nasution. Tetapi, pada malam tragedi G30S/PKI, Pierre ditangkap oleh Golongan pemberontak yang salah mengira dirinya sebagai Nasution dan akhirnya dibunuh.
Pada Hari Pahlawan 2024, kita Enggak hanya mengenang mereka yang telah gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga merenungkan perjuangan mereka yang tetap menginspirasi bangsa hingga Ketika ini. Keberanian tujuh Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Suprapto, M.T. Haryono, S. Parman, D.I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean merupakan bukti pengorbanan tanpa batas demi menjaga keutuhan bangsa dan ideologi negara. (Antara/Z-3)