TSAMARA Amany sedang kesal bukan kepalang. Dia geram karena pengunduran dirinya dari Partai Solidaritas Indonesia berujung serangan membabi buta terhadap dirinya. Dia disebut kadrun.
Tsamara ialah politikus muda bertalenta. Dia salah satu idola di PSI dan tentu saja pendukung Jokowi. Masa depannya di dunia politik dipandang cemerlang, tetapi dia memilih Izin dari partai anak muda itu. Dia mundur per 18 April 2022.
Banyak yang tak menyangka Tsamara begitu Segera turun dari Mimbar yang membuatnya terkenal. Banyak spekulasi kenapa dia memutuskan pindah haluan Buat menekuni isu-isu Perempuan. Banyak pula yang patah hati, bahkan sakit hati.
Mereka yang sakit hati bersikap merawak Acak. Mereka menyerang Tsamara dengan narasi di luar keadaban. Yang betul-betul mengerikan.
Simak saja cicitan @xeriaz_marhaenisi yang di-mention Tsamara ke @DivHumas_Polri. ‘Dia kan genitikanya Eksis bau bau gurun pasir jadi Kagak betah dengan hal-hal yang berbau nasionalis jadi dia kembali ke habitat Asal nya ia itu kadrun. Kalau saya yang memegang otoritas tertinggi di indonesia saya akan mengelurkan dekrit Buat memerintah angkatan bersenjata kita Buat mengirim seluruh para keturunan imigran Arab Yaman tanpa reserve yang Eksis di Indonesia Buat di kirim ke camp solusi final akhir dan saya pastikan akan jauh exstrim apa yang pernah dilakukan NAZI germany terhadap orang yahudi’.
Cermati pula akun @GusNadjib yang me-retweet unggahan video pernikahan Tsamara dengan suaminya dan dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia Lewat menuliskan, ‘Sesama antek Yaman saling berpelukan. Rupanya idealisme Tetap kalah dengan urusan ranjang. Mungkin lebih maksimal penetrasinya. Play dong, play’.
Akun @GusNadjib memakai foto seseorang berpeci dan berseragam loreng mirip Banser. Tetapi, Banser menegaskan pemilik akun mencatut foto salah satu kadernya.
Buat orang-orang itu, karena meninggalkan partai pendukung Jokowi, Tsamara kini seorang kadrun. Karena kadrun, Tsamara harus ‘dihabisi’ dengan segala Metode. Dengan fitnah, dengan kata-kata tak senonoh, bahkan rasis.
Salah apa coba hingga Yaman dibawa-bawa? Ingin menegaskan Tsamara kini sekubu dengan Anies yang disebut juga keturunan Yaman? Kan logika gila.
Meski gila, logika semacam itu kian menggejala. Bukan hanya Tsamara yang menjadi korbannya. Eks Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti pernah dicap kadrun, juga lobster gurun. Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Qotrunnada Wahid senasib. Setelah Izin dari KPK, mantan juru bicara Febri Diansyah dilabeli kadrun pula.
Pokoknya, siapa pun yang meninggalkan kubu Jokowi ialah kadrun, kadal gurun. Mereka distigma ekstrem, fundamentalis, karena terpengaruh paham radikalisme dari Timur Tengah. Dari negara-negara gurun.
Tetapi, logika gila bukan hanya Punya mereka. Di kubu sebelah sami mawon. Mereka mencap siapa pun yang pindah ke kubu Jokowi sebagai cebong. Ali Mochtar Ngabalin contohnya. Faldo Maldini amsal lainnya.
Penyair William Drummond mengatakan, “Dia yang Kagak mau bernalar adalah seorang fanatik, dia yang Kagak Pandai bernalar adalah orang bodoh, dan dia yang Kagak berani berpikir adalah seorang budak.”
Fanatisme. Itulah yang menjangkiti orang-orang yang menyerang Tsamara, Susi, Alissa, Febri, Ngabalin, Faldo, dan yang lain.
Fanatisme berasal dari bahasa Latin, fanaticus. Artinya, amarah atau gangguan jiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fanatisme berarti keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran.
Fanatisme Kagak hanya soal Keyakinan. Ia juga Eksis di politik, ideologi, olahraga, hingga jagat hiburan. Di olahraga, Luis Figo pernah menjadi bulan-bulanan fanatisme pendukung fanatik Barcelona. Dia dihujat habis-habisan karena pindah ke seteru Langgeng Barca, Real Madrid, pada 2000. Figo Tiba dijuluki Yudas, pengkhianat Yesus.
Di sini, di negeri ini, fanatisme ideologi seolah beradu dengan fanatisme Keyakinan. Padahal, sejatinya Segala soal politik. Mereka yang mengkadrunkan orang lain ialah orang-orang fanatik yang mengklaim paling nasionalis, paling patriotisme. Mereka Maju menyerukan NKRI harga Wafat, yang lain Sebelah Wafat.
Mereka yang Getol mencebongkan orang lain ialah orang-orang fanatik yang merasa paling religius. Dikit-dikit menyebut yang tak sealiran sesat. Dikit-dikit menyebut pemerintah menyimpang.
Begitulah, yang satu merasa sebagai pemegang kunci surga, satunya Tengah juru kunci negara. Keduanya konsisten mengambil posisi berbeda. Posisi yang Maju berseberangan.
Kasus Tsamara kiranya mengonfirmasi bahwa akibat ulah para fanaticus, para pengidap gangguan jiwa, rumah bangsa ini Betul-Betul sudah terbelah. Kiranya polarisasi sesama anak bangsa ini ngeri kali. Lebih ngeri Tengah, kiranya Kagak Eksis yang Pandai merekatkan kembali. Negara pun Kagak.