KEMENTERIAN Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan Argumen di balik pengembalian kereta tanpa rel atau autonomous rail transit (ART) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, ke Tiongkok karena dinyatakan Tak berfungsi secara Bagus.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Budi Rahardjo menjelaskan penemuan itu didapat setelah Otorita IKN atau OIKN melakukan uji coba selama dua bulan dan telah melakukan Penilaian terhadap kelayakan trem otonom Punya perusahaan Tiongkok.
“Hasil penilaian hingga Penilaian oleh OIKN, ditemukan bahwa kereta tanpa rel, khususnya system autonomous belum dapat berfungsi dengan Bagus di IKN,” ungkapnya dalam keterangan Formal, Rabu (13/11).
Trem otonom yang diproduksi CRRC Qingdao Sifang menjadi salah satu alternatif kendaraan yang diujicobakan di IKN karena menerapkan konsep transportasi ramah lingkungan, berkelanjutan dan berteknologi tinggi. Dengan beroperasi menggunakan baterai, kendaraan itu dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca dan pemakaian Kekuatan fosil.
Budi menerangkan Kementerian Perhubungan memfasilitasi ART Kepada diujicobakan sebagai alternatif moda di ibu kota baru. Tetapi, uji coba trem otonom dilakukan melalui kerja sama antara OIKN dengan vendor Yakni Norinco dengan partisipasi dari CRRC Qindao Sifang.
“Oleh karena itu, pihak yang melakukan Penilaian apakah ART ini layak dan cocok dengan kebutuhan IKN adalah Otorita IKN,” Jernih Budi.
Pihaknya mengaku Tak memaksakan Otorita IKN menghadirkan keberadaan trem otonom di IKN. Tetapi, diminta Kepada mencari solusi lain guna mendukung transportasi keberlanjutan yang layak di ibu kota baru.
“Kita Sekalian sepakat bahwa Kepada IKN kita mencari yang terbaik. Apabila kemudian ART dipandang belum memenuhi standar Penilaian dari OIKN, Tak Eksis masalah, karena negara juga Tak dirugikan. Ini dikarenakan pembiayaan uji coba ditanggung oleh vendor ART,” pungkas Budi.
Sebelumnya, dalam keterangan pers Otorita IKN pada Kamis (7/11), disebutkan melalui Kedeputian bidang Transformasi Hijau dan Digital telah menyelesaikan kegiatan proof of concept (PoC) trem otonom terpadu atau ART di kawasan Nusantara. Uji coba ini bertujuan Kepada menilai keandalan teknologi otonom ART di lingkungan IKN.
Berdasarkan hasil Penilaian tim penilai PoC menyimpulkan bahwa teknologi otonom ART direkomendasikan Kepada dapat dimanfaatkan di Indonesia sebagai transportasi publik, Tetapi dengan catatan Kepada dilakukan perbaikan dan penyempurnaan teknologi lebih lanjut.
“Kinerja ART dalam kegiatan PoC pada kondisi lingkungan Demi ini di IKN belum menunjukkan sistem kendali otonom yang reliabel sebagaimana ditunjukkan pada sarana serupa di Tiongkok,” kata Deputi bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Mohammed Ali Berawi.
Penilaian PoC dilakukan di area Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara dengan dua rute pengujian yang mencakup area di Sekeliling Kemenko 1–4 dan Jalan Sumbu Kebangsaan Barat dan Timur. Pengujian dilakukan pada jalur Spesifik yang bersifat mixed traffic, di mana ART berbagi jalan dengan kendaraan lain. Meski kondisi kawasan Tetap dalam pembangunan, tim penilai PoC telah selesai melaksanakan Penilaian, dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan jalur jalan yang memungkinkan Kepada dilakukan penilaian uji coba.
Ali menyatakan rekomendasi tim penilai ini akan diberikan kepada para pihak terkait. Pihaknya akan meminta pihak Norinco & CRRC Kepada melakukan perbaikan dan penyempurnaan operasional terutama pada sistem otonom trem sesuai dengan nota kesepahaman yang menyatakan kerja sama PoC dilakukan dalam penyediaan ART.
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 2 tahun 2024, maka setelah kegiatan Penyelenggaraan PoC akan dilanjutkan kegiatan unjuk kerja (showcase) trem otonom oleh Kemenhub. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan November-Desember, sesuai dengan koordinasi yang dilakukan antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub dan Kedeputian bidang Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN. (Ins/M-3)