PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan kinerja industri otomotif nasional akan membaik pada kuartal IV-2024 atau penghujung tahun, seiring dengan potensi perbaikan daya beli masyarakat dan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
“Kami berharap ada pemulihan di akhir tahun seiring potensi turunnya suku bunga acuan,” ujar Research Analyst Mirae Asset Christopher Rusli dalam acara Media Day: May by Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Senin (6/5), seperti dilansir dari Antara.
Christopher menjelaskan, saat ini daya beli masyarakat sedang tertekan karena kenaikan suku bunga yang menyedot uang beredar dan memicu kenaikan harga.
Baca juga : Ingin Beralih dari Roda Dua ke Roda Empat? Simak 3 Tips Membeli Mobil Pertama Kalinya ala Seva
Penurunan daya beli masyarakat tercermin dari angka penjualan mobil baru yang turun lebih dari 23 persen year on year (yoy) menjadi sekitar 215.000 unit kendaraan pada kuartal I- 2024 dibandingkan sekitar 282.000 unit pada periode sama tahun sebelumnya.
Dengan asumsi suku bunga The Fed di Amerika Perkumpulan (AS) akan turun pada September 2024 dan akan disusul oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dua kali pada kuartal IV- 2024 selama nilai tukar rupiah stabil, ia optimistis daya beli masyarakat dan juga penjualan kendaraan akan membaik pada akhir tahun.
Tetapi demikian, ia memperkirakan kinerja pada tahun ini tidak akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Salah satunya dari sisi penjualan mobil baru yang diprediksi 900.000 unit sepanjang tahun ini, atau di bawah prediksi pasar sebanyak 1,1 juta unit.
Baca juga : Sektor Properti dan Otomotif Pagilai Sensitif Kebijakan BI Rate
Di sisi lain, Research Analyst Mirae Asset Abyan Habib Yuntoharjo menyebut bahwa industri mobil bekas masih terus tumbuh, meskipun angka penjualan mobil baru sedang tertekan.
Hal tersebut tercermin dari angka pembiayaan otomotif yang terus tumbuh stabil di atas 10 persen (yoy), meskipun angka penjualan kendaraan khususnya kendaraan untuk penumpang (passenger car) baru turun pada kuartal I-2024.
Dengan demikian, menurutnya, industri jual beli mobil bekas relatif tak lekang zaman, karena secara alami seberapa pun tingkat penjualan kendaraan mobil baru tentunya akan dijual juga oleh pemiliknya.
Baca juga : Manufaktur AS Naik untuk Pertama Kali sejak September 2022
“Ekosistem dari masing-masing pelaku industri mobil bekas juga dapat mendukung kinerjanya, sehingga semakin lengkap layanan dari satu perusahaan maka akan mendukung kinerja perusahaan tersebut,” ujar Abyan.
Dalam kesempatan sama, CEO PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) Jany Candra menyebut, saat ini ASLC memiliki ekosistem jual beli mobil yang lebih lengkap dibandingkan pesaing.
Selain memiliki pangsa pasar terbesar untuk mobil bekas wholesale di atas 40 persen, Jany menjelaskan perseroan memiliki keunggulan, antara lain kuatnya neraca yaitu tanpa utang (zero debt), memiliki visi keberlanjutan, memiliki rekam jejak dan tata kelola perusahaan (GCG) yang baik, serta memiliki garansi 7G+ untuk setiap pembelian mobil bekas di Caroline.id.
“Kami memproyeksikan kinerja akan terus tumbuh, dengan proyeksi kinerja pendapatan dan laba bersih dapat tumbuh di atas double digit (di atas 10 persen), dan dengan kinerja kuartal I- 2024, kami yakin proyeksi double digit itu akan tercapai. Perluasan tahun ini akan menambah jumlah cabang Caroline.id dari 10 cabang menjadi 18 cabang pada akhir tahun,” ujar Jany.
Pada kuartal I-2024, laba perseroan melonjak 600 persen (yoy) menjadi Rp16,95 miliar dibandingkan senilai Rp2,24 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. (Z-6)