Pemilu Kok Coba-Coba

BAGAIMANA nasib demokrasi kita ke depan? Bagi saya, jawaban atas pertanyaan soal cerah buramnya demokrasi kita ke depan amat bergantung pada tiga hal: disikapi penuh optimisme, dicemaskan, atau malah dikeluhkan.

Kalau banyak orang bersikap optimistis terhadap demokrasi, Kalau instrumen-instrumen demokrasi bekerja secara Berkualitas dan Betul, Kalau demokrasi diisi para petarung sejati, pemerintahan yang demokratis akan mengantarkan negeri ini pada barisan negara maju. Segera tiba masanya kita menjadi negara sejahtera.

Mengapa Bisa begitu? Karena sejatinya demokrasi yang dijalankan dengan sistem yang Berkualitas dan Betul itu akan mempercepat kemakmuran. Demokrasi akan menjamin partisipasi publik. Demokrasi (yang Berkualitas dan Betul) akan mengawasi dan mengoreksi segala upaya pembelokan jalan pembangunan ekonomi ke arah ‘sekadar Buat kepentingan sekelompok orang’.

Tetapi, hingga kini demokrasi kita Lagi dicemaskan. Mereka yang cemas umumnya khawatir bahwa demokrasi kita sudah ‘dibajak’ elite yang Ingin meraih sukses kekuasaan lewat jalan pintas. Jalan terabas itu ‘disediakan’ lewat politik identitas dan politik Dana.

Cek Artikel:  Rekanan Politik Hakim Konstitusi

Politik identitas mengaduk-aduk emosi pemilih melalui simbol-simbol keagamaan atau primordialitas asal-usul. Dulu, diyakini politik identitas ini hanya Bisa menyasar orang-orang berpendidikan rendah. Kini, faktanya, politik identitas juga gampang merasuki kalangan berpendidikan tinggi, Tak terkecuali profesor sekalipun.

Kecemasan lainnya ialah politik Dana, transaksional, politik wani piro. Praktik tersebut bahkan diyakini sudah berlangsung secara terstruktur, sistematis, dan masif. Tak mengherankan bila output dan out come dari politik transaksional itu ialah elite korup. Praktik politik wani piro itu Membangun korupsi langgeng. Seperti lingkaran setan, mata rantainya Tak kunjung Bisa tuntas diputus.

Sebetulnya politik Dana Bisa dikikis dengan komitmen keras yang dimulai dari elite politik. Gerakan ‘politik tanpa mahar’ yang digagas dan dipraktikkan Partai NasDem sudah seyogianya menjadi Berita Berkualitas bagi demokrasi. Sayangnya, alih-alih menjadikan gerakan Serempak, ‘politik tanpa mahar’ Lagi pula dicibir.

Cek Artikel:  Politik Konsultan

Sikap yang juga ikut menentukan Rona demokrasi kita ke depan ialah Lagi banyaknya keluhan. Sikap keluhan terhadap demokrasi itu banyak berasal dari pejabat dan elite pemerintahan. Bahasa yang kerap muncul ialah demokrasi itu ‘biang kegaduhan’, ‘pemicu instabilitas’, ‘berbiaya mahal’, dan ‘bertele-tele’.

Imbas dari keluhan itu ialah ‘godaan’ Buat memangkas jalan demokrasi. Itu terlihat, misalnya, dari sejumlah undang-undang yang proses kelahirannya dianggap mengabaikan partisipasi publik. Muncul pula godaan memperpanjang masa jabatan atau tiga periode dengan Dalih kelangsungan pembangunan. Pendek kata, sistem mesti menuruti orang, bukan orang taat asas pada sistem.

Maka itu, sejumlah survei menunjukkan Terdapat penurunan kualitas demokrasi di Indonesia. Data dari The Varieties of Democracy (V-Dem) menunjukkan indeks demokrasi negeri ini sempat mengalami tren membaik sejak reformasi hingga mencapai puncaknya pada 2006. Tetapi, sayangnya, setelah 2006 hingga sekarang, indeks tersebut Bahkan menurun.

Akan tetapi, saya percaya bahwa pemilihan Standar Bisa menjadi momentum Buat mereparasi itu Seluruh. Pemilu yang berkualitas akan membersihkan kerak fan residu yang mendompleng dan menempel dalam demokrasi kita. Pemilu menjadi indikator Krusial Buat Menonton Tiba di mana praktik demokrasi kita.

Cek Artikel:  Inkonsistensi Jokowi

Dalam pandangan ilmuwan politik Robert Dahl, pemilu sesungguhnya merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi pemerintahan demokrasi pada Era modern. Dengan demikian, pemilu menjadi instrumen yang sangat Krusial bagi keberlangsungan demokrasi di sebuah negara. Kesuksesan penyelenggaraan pemilu yang berkualitas dan demokratis akan berpengaruh besar terhadap kesuksesan demokrasi.

Kick-off Pemilu 2024 sudah dimulai, kemarin. Kiranya, Krusial Buat direnungkan pernyataan Andrew Reynolds, Ahli politik, yang menyebut bahwa pemilu merupakan sarana amat Krusial Buat memilih wakil rakyat yang bekerja dalam proses pembuatan kebijakan negara. Karena itu, agar pemilu memantik optimisme terhadap kelangsungan demokrasi, berikhtiarlah sekeras-kerasnya mewujudkan pemilu berkualitas. Jangan seperti iklan, ‘pemilu kok coba-coba’.

Mungkin Anda Menyukai