Dukacita Netralitas Kepala Negara


HAJATAN besar bangsa Indonesia yang digulirkan setiap lima tahunan kian dekat, tinggal tujuh bulan Kembali. Rakyat akan berbondong-bondong ke bilik Bunyi mencari pemimpin baru Demi Indonesia. Pemimpin yang membawa Cita-cita dan segudang kebaikan.

Sudah barang tentu partisipasi aktif masyarakat sangatlah Krusial di pemilu. Dari tangan mereka lahir sosok yang akan membentuk masa depan Indonesia. Celakanya, masyarakat seperti sedang digiring Demi memilih satu atau dua figur tertentu lewat cawe-cawe penguasa.

Ini bacaan di ruang publik yang suka Kagak suka harus kita sampaikan dengan Lanjut terang. Presiden Joko Widodo sempat membantah Mau cawe-cawe di pemilu, tapi belakangan malah ia akui sendiri. Inilah yang namanya Kagak konsisten, mencla-mencle, pagi kedele sore tempe.

Ikut campurnya Jokowi di Pemilu Presiden 2024 dilatarbelakangi hasrat mencari penerus demi menjaga keberlanjutan pembangunan. Boleh-boleh saja Jokowi berharap. Yang Kagak boleh ialah mendikte demokrasi dan mengebiri hak rakyat.

Cek Artikel:  Kebocoran Data Kagak Terbendung

Rakyat Kagak harus tegak lurus dengan pilihan Kepala Negara. Toh, apa yang Berkualitas menurut Jokowi belum tentu Berkualitas di mata rakyat. Berbeda pendapat sejatinya adalah esensi berdemokrasi. Karena itu, kita Mau memastikan agar Kagak Terdapat Kembali cawe-cawe dari Istana.

Tanpa kepastian itu, apa pun yang disampaikan Jokowi hanyalah bunyi-bunyian yang memekakkan telinga rakyat. Dalam pidato Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6), Jokowi menyinggung perlunya menyambut Pemilu 2024 dengan kedewasaan dan sukacita.

Bagaimana rakyat Pandai bersukacita di pesta demokrasi kalau pilihan saja terkesan dibatasi? Kalau Mau rakyat menyambut pemilu dengan sukacita, jangan kebiri peserta kontestasi. Jangan biarkan Cita-cita itu layu sebelum berkembang, dibunuh ketika hari Tetap pagi.

Cek Artikel:  Ketidaknetralan kian Ugal-ugalan

Oleh karena itu, kita mendorong Presiden Jokowi bertindak sebagai jangkar bagi kapal besar bernama Indonesia. Ia punya peran Krusial dalam menjaga posisi kapal tetap Kukuh dan Kagak terombang-ambing selama tahapan pesta demokrasi berlangsung.

Penumpang yang Kagak lain ialah rakyat akan menjadi tenang. Tenang karena Paham persis bahwa Kepala Negara Kagak akan cawe-cawe ketika rakyat hendak menunaikan hak demokrasi mereka. Tenang karena Percaya Kagak Terdapat wasit yang turun ke lapangan sekaligus berkostum pemain.

Ketenangan ini juga Sebaiknya dimiliki Jokowi. Bukankah berbagai survei menyebutkan masyarakat puas terhadap kinerjanya. Salah satu lembaga malah menyebut kepuasan terhadap Jokowi mencapai Bilangan 82%, tertinggi selama menjadi presiden.

Sebaiknya ia Kagak perlu khawatir tentang siapa yang kelak akan menggantikannya di kursi Istana. Kalau Jokowi resah, publik Malah jadi bertanya-tanya. Apakah tingkat kepuasan tersebut valid atau sebenarnya Bilangan jadi-jadian?

Cek Artikel:  Royal Demi Amtenar di Tahun Pemilu

Terlepas dari apa pun hasil survei, kita Kagak jemu-jemu mengingatkan Jokowi Demi tetap menjadi negarawan. Ia harus konsisten di jalur itu. Publik nanti akan mengenangnya sebagai pemimpin demokratis, bukan pemimpin yang dikejar bayang-bayang ketakutannya sendiri.

Kalau Mau rakyat menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024 dengan kedewasan, dengan sukacita, dengan memegang Kukuh nilai-nilai Pancasila, janganlah cawe-cawe. Ketika Jokowi tak Independen, Malah yang terjadi ialah petaka dan kemunduran demokrasi.

Percayalah kepada siapa pun yang nantinya terpilih. Toh ketika nanti Kagak Kembali menjabat, Jokowi tetap Pandai mengontrol jalannya roda pemerintahan lewat para wakil rakyat hasil Pemilu 2024. Di situ sudah disediakan mekanisme pengawasan agar Indonesia Kagak kehilangan momentum pembangunan seperti yang tengah ia cita-citakan.

Mungkin Anda Menyukai