Ratusan Profesor Kedokteran Korea Selatan Mogok Kerja Tanpa Batas Waktu

Liputanindo.id – Para profesor kedokteran yang bekerja di rumah-rumah sakit yang berafiliasi dengan Universitas Nasional Seoul (SNU) mulai melakukan pemogokan tanpa batas waktu. Aksi mogok ini diperkirakan akan diikuti oleh Sekeliling 55 persen profesor.

Sebanyak 529 profesor di empat rumah sakit telah menyatakan tekad Demi mogok kerja. Keempat rumah sakit yang dimaksud itu adalah Rumah Sakit SNU, Rumah Sakit SNU Bundang, Pusat Medis SNU Boramae Pemerintah Metropolitan Seoul, dan Pusat Sistem Perawatan Kesehatan Rumah Sakit SNU Gangnam Center.

“Kami hanya menghentikan perawatan bagi pasien yang dapat menerima perawatan di rumah sakit lain atau yang kondisinya Enggak akan terpengaruh oleh penundaan sementara dalam perawatan,” kata komite darurat profesor kedokteran SNU, dikutip Yonhap, Senin (17/6/2024).

Cek Artikel:  Jepang Keluarkan Hukuman ke Empat Pemukim Ilegal Israel di Tepi Barat

“Sementara rumah sakit akan Maju memberikan perawatan bagi pasien dengan penyakit kritis atau langka, jumlah perawatan sebenarnya akan berkurang sebesar 40 persen karena pemogokan tersebut,” ujar komite itu.

Meski Eksis protes keras dari para dokter yang Tetap magang, pemerintah akhirnya menyelesaikan kenaikan kuota penerimaan Sekeliling 1.500 mahasiswa kedokteran pada akhir bulan Lampau. Kenaikan itu merupakan peningkatan pertama dalam 27 tahun.

Sebuah Grup advokasi pasien mendesak para profesor kedokteran SNU Demi Enggak mogok, dan menyoroti bahwa keadaan pasien dengan gejala yang Enggak kritis juga mengkhawatirkan, seperti halnya pasien-pasien yang Mempunyai kondisi serius.

“Mengambil keuntungan dari kekhawatiran dan kerugian yang dialami pasien Demi menekan pemerintah adalah langkah yang Enggak dapat dibenarkan dalam keadaan apa pun,” kata Organisasi Aliansi Pasien Korea melalui pernyataan.

Cek Artikel:  Laskar Israel Bunuh Tiga Sandera dan Dirahasiakan dari Publik

Organisasi itu menambahkan bahwa keselamatan pasien mungkin dipertaruhkan Kalau para profesor kedokteran melakukan pemogokan, karena layanan medis telah terganggu akibat pemogokan dokter junior yang telah berlangsung selama Nyaris empat bulan.

Sementara itu, pemerintah mendesak para pimpinan rumah sakit SNU Demi Enggak mengizinkan pemogokan serta agar mempertimbangkan Demi mewajibkan para profesor mengganti kerugian yang ditimbulkan oleh rumah sakit akibat tindakan kolektif tersebut.

Pemogokan yang dilakukan oleh para profesor kedokteran SNU terjadi sehari sebelum pemogokan dokter Biasa berskala nasional dijadwalkan berlangsung pada Selasa.

Pemogokan massal itu diselenggarakan oleh Asosiasi Medis Korea (KMA), yang adalah Grup lobi dokter terkemuka di Korea Selatan.

Pemerintah telah memerintahkan para dokter Biasa Demi Maju memberikan perawatan medis dan melaporkan kepada pihak berwenang Kalau mereka menutup praktiknya pada hari terjadinya mogok kerja.

Cek Artikel:  Ulama Turki Fethullah Gulen Meninggal di AS Berusia 83

Pemerintah akan mengeluarkan perintah lain bagi dokter Biasa Demi kembali bekerja Kalau lebih dari 30 persen dari mereka bergabung dalam aksi mogok yang direncanakan.

Sehari sebelumnya, KMA mengumumkan akan mempertimbangkan Demi menunda pemogokan Kalau pemerintah setuju Demi memulai kembali Percakapan mengenai peningkatan kuota sekolah kedokteran dari awal.

Pemogokan, menurut mereka, juga Dapat ditangguhkan Kalau Sekalian perintah administratif yang dikeluarkan terhadap dokter peserta pelatihan yang telah meninggalkan rumah sakit sejak Februari dibatalkan.

Tetapi, Kementerian Kesehatan menolak permintaan tersebut.

Kemenkes Korsel menyatakan “Enggak Layak bagi KMA Demi mengajukan tuntutan kebijakan kepada pemerintah dalam kondisi pemogokan ilegal.”

Mungkin Anda Menyukai