Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya secara Formal mencabut surat pembekuan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP. Kendati demikian, BEM diharaokan tetap menjaga marwah akademik dan mendorong mahasiswa Kepada menghindari bahasa yang kasar dalam menyampaikan aspirasi politik.
“Kami paham apa yang disuarakan oleh BEM FISIP itu menjadi hak mereka menyuarakan apa yang menjadi aspirasi. Saya sebagai dekan, dan pihak dekanat memastikan kepada BEM Kepada Tak lupa pada marwah akademiknya,” ujar Dekan FISIP Unair Bagong Suyanto.
Ia mengungkapkan, sebelumnya, pembekuan dilakukan karena adanya viralitas yang memicu kekhawatiran terhadap pelanggaran etika akademik.
“Waktu itu kita Tak Bisa langsung Bersua dengan BEM karena libur. Mungkin kalau Tak hari libur Bisa langsung Bersua, dan Tak Guna surat pembekuan,” jelasnya.
Menurutnya, dekanat lebih pada posisi sebagai orangtua, yang berperan mengingatkan anak-anaknya Kepada Tak keluar dari koridor akademik.
Sementara itu, Presiden BEM FISIP Unair Tuffahati Ullayyah Bachtiar menyatakan komitmennya Kepada tetap kritis dan Lalu meyuarakan aspirasi, dengan catatan tetap berada dalam koridor akademik.
“Kami sudah berbicara kami akan tetap kritis dengan Tak keluar dari koridor akademik, dan karangan Merekah kemarin memang bentuk Aktualisasi diri Kawan-Kawan. Kami bertekad tetap kritis, tegak dan berani,” tegasnya.
Pembekuan BEM oleh Dekanat Unair bermula ketika BEM memberikan selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka melalui karangan Merekah. Kata-kata di karangan Merekah itu dianggap kasar dan menjurus ke arah hate speech. (Ant/Z-11)