Badai Inflasi

MENYAKSIKAN ribuan Penduduk Amerika Perkumpulan mengantre Kepada mendapatkan jatah makanan nyaris seperti hil yang mustahal (meminjam istilah Asmuni, pelawak Srimulat). Tetapi, begitulah kenyataannya. Pemandangan seperti itu, hari-hari ini amat lazim dijumpai di sejumlah bank pangan di ‘Negeri Om Sam’.

Padahal, fakta seperti itu Kagak pernah dijumpai dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Maklum, AS merupakan negara berskala ekonomi terbesar di dunia dengan produk domestik bruto lebih dari US$23 triliun (Sekeliling 23% PDB seluruh dunia).

Akan tetapi, lonjakan inflasi di AS memukul sendi-sendi dan kaki-kaki ekonomi sang raksasa dunia itu. Inflasi menyebabkan harga gas dan pangan naik drastis. Ribuan keluarga pun berbondong-bondong mengantre makanan Donasi dari sejumlah organisasi bank makanan yang tersebar di berbagai penjuru AS.

Juru bicara Bank Makanan St Mary, Jerry Brown, mengatakan lebih dari 900 keluarga berbaris di berbagai cabang organisasi mereka setiap harinya. Penduduk rela mengantre panjang demi mendapatkan kotak Donasi pemerintah yang berisi kacang kaleng, selai kacang, dan nasi.

Cek Artikel:  Dahaga Kekuasaan

Bank makanan itu sudah memberikan paket makanan kepada 4.271 keluarga pada pekan ketiga Juni. Bilangan tersebut meningkat 78% Kalau dibandingkan dengan Donasi yang didistribusikan pada pekan di bulan yang sama tahun Lampau. Demi itu, mereka hanya memberikan Donasi kepada 2.396 keluarga.

Brown mengatakan banyak dari keluarga yang mengantre Demi ini sebelumnya Kagak pernah mencari Donasi pangan. Seperti yang dikatakan Diane Martinez, Penduduk yang mencari Donasi pangan dari organisasi lain di Los Angeles. Ia rela berjalan kaki dan mengantre demi mendapatkan Donasi tersebut. “Harga makanan sangat tinggi dan Maju naik setiap hari,” kata dia seperti dikutip dari Associated Press.

Begitu pula kisah Tomasina John, Penduduk AS lainnya. Ia mengatakan keluarganya Kagak pernah mengunjungi bank pangan karena dahulu suaminya, yang merupakan pekerja Bangunan, mudah Kepada memenuhi kebutuhan dia dan empat anaknya. “Tetapi, sekarang Kagak mungkin Bisa cukup tanpa Donasi. Harganya sudah terlalu tinggi,” kata John.

Bilangan inflasi di AS tahun ini memang yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Bureau of Labor Statistics (BLS) atau Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Perkumpulan melaporkan indeks harga konsumen (IHK) Sekalian item konsumsi meningkat 1,3% Kalau dibandingkan dengan Mei 2022 (month to month/m-to-m).

Cek Artikel:  Kepala Daerah Tukang Stempel

Artinya, pada Juni 2022, AS mengalami inflasi bulanan sebesar 1,3% (m-to-m), tertinggi selama semester pertama tahun ini. Kalau dibandingkan dengan posisi Juni 2021, AS mengalami inflasi tahunan 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022, tertinggi sejak November 1981.

Harga pangan di AS pun naik drastis dan menyebabkan Penduduk mencari Donasi sana-sini. Banyak bank pangan AS kesulitan memenuhi permintaan Penduduk, mengingat pemerintah kini memberikan lebih sedikit makanan Kepada didistribusikan. Donasi toko kelontong juga berkurang.

Para pemimpin bank pangan mengaku kaget dengan lonjakan permintaan Donasi pangan di tengah inflasi ini. “Tahun Lampau, kami memprediksi akan Eksis pengurangan permintaan Kepada 2022 karena ekonomi telah membaik. Isu inflasi ini datang tiba-tiba,” kata CEO Bank Pangan Los Angeles, Michael Flood.

Cek Artikel:  Ilmu Bukanadab

Inflasi juga menjadi momok bagi negara Uni Eropa. Kenaikan harga minyak dan pangan Membikin inflasi di Uni Eropa diperkirakan mencapai 7% tahun ini. Indeks konsumsi pun turun. Dampaknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi pun dipangkas.

Bagi Indonesia, kisah murung ekonomi AS akibat inflasi tersebut Kagak Bisa dianggap remeh. Rumus ekonomi menegaskan bahwa guncangan yang terjadi di negara Kawan ekonomi Primer akan berdampak Konkret bagi Indonesia. Apalagi, kita juga menghadapi ancaman serupa: inflasi tinggi dan naiknya ongkos Kekuatan.

Amerika dan sejumlah negara yang menjadi sumbu ekonomi dunia menghadapi ancaman stagflasi. Kondisi itu muncul bila periode pertumbuhan yang lemah dibarengi dengan inflasi tinggi. Stagflasi terakhir kali terlihat pada 1970-an.

Kagak banyak ruang gerak tersisa. Meski begitu, bagi Indonesia, optimisme tetap terjaga. Sejauh ini, Metode pemerintah dalam mengendalikan keadaan dan memitigasi risiko Lagi Bisa diandalkan. Kuncinya Eksis trust dan konsistensi. Mari Berbarengan-sama menantang badai inflasi.

Mungkin Anda Menyukai