Psikologi Resesi

EKONOMI Sri Lanka ambruk. Pakistan, India, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan 20 negara lainnya berada dalam bayang-bayang kebangkrutan. Kejutan-kejutan besar ekonomi itu memicu imajinasi sebagian orang Kepada membawanya ke situasi di Indonesia.

Survei dari lembaga kajian ekonomi, Visual Capitalist, melaporkan sebanyak 25 negara di dunia terancam mengalami kebangkrutan. Mereka kesulitan keuangan Kepada menambal cadangan devisa dan membayar utang. Inflasi yang mencekik leher buah dari terkereknya harga pangan dan Kekuatan kian menambah runyam keadaan.

Sri Lanka apalagi. Krisis bahan bakar minyak terjadi karena negara berpenduduk 22 juta jiwa itu Bukan Mempunyai cukup mata Dana asing Kepada membayar impor barang-barang pokok, termasuk bensin dan solar. Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan harga melambung tinggi. Inflasi mencapai 30%.

Depresi ekonomi pun terjadi. Pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan membawa sistem kesehatan ke ambang kehancuran. Cadangan mata Dana asing Dekat habis. Pada Mei 2022, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri Kepada kali pertama sepanjang sejarah.

Cek Artikel:  Mengurai Gridlock

Banyak Spesialis mengatakan penyebab krisis Sri Lanka sebenarnya ialah salah urus ekonomi. Bermula dari akhir perang Keluarga 2009, Ketika Sri Lanka memilih lebih Konsentrasi menyediakan barang Kepada pasar domestik daripada mencoba memasoknya ke luar negeri. Jadi, pendapatan dari ekspor tetap rendah, sedangkan tagihan impor Lanjut bertambah.

Sri Lanka sekarang mengimpor US$3 miliar (Rp45 triliun), lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun. Alhasil, Sri Lanka bangkrut karena kehabisan mata Dana asing. Pada akhir 2019, Sri Lanka Mempunyai cadangan mata Dana asing US$7,6 miliar (Rp114 triliun). Pada Maret 2020 turun menjadi US$1,93 miliar (Sekeliling Rp29 triliun). Lampau, baru-baru ini pemerintah mengatakan hanya Mempunyai sisa cadangan US$50 juta (Rp750 miliar).

Pemerintah Sri Lanka juga Mempunyai utang besar dengan negara-negara lain, termasuk Tiongkok, Kepada mendanai proyek infrastruktur yang menurut para kritikus dinilai Bukan perlu. Pemerintah Sri Lanka Mempunyai utang luar negeri US$51 miliar (Rp764 triliun). Tahun ini, Sri Lanka diminta membayar US$7 miliar (Rp105 triliun) dan jumlah yang sama Kepada tahun-tahun mendatang.

Cek Artikel:  Menyehatkan Jantung Demokrasi

Fakta-fakta itulah yang menyebabkan sebagian orang mengaitkan ambruknya ekonomi Sri Lanka dan ancaman kebangkrutan ekonomi 25 negara lainnya. Apalagi, beberapa negara yang berada dalam bayang-bayang kebangkrutan tersebut Mempunyai skala ekonomi yang Bukan jauh berbeda daripada Indonesia (Brasil, India, Argentina, Afrika Selatan, dan Pakistan).

Walaupun berkali-kali Menteri Keuangan Sri Mulyani menangkis dengan menyebut bahwa Indonesia Terjamin dari kebangkrutan ekonomi, toh bayang-bayang kengerian resesi selalu saja dihadirkan sejumlah orang. Fakta naiknya harga kebutuhan pokok, penaikan harga BBM nonsubsidi, dan ancaman krisis pangan, Membangun sebagian orang menyangsikan ketahanan ekonomi kita.

Tetapi, lihatlah statistik kita. “Bilangan berbicara,” kata seorang analis dalam grup pertukaran pesan. Perhitungan sementara, pertumbuhan ekonomi kita di kuartal kedua 2022 mencapai 5,1%. Inflasi Tiba akhir tahun diperkirakan di kisaran 4,5% year on year. Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi daripada Sasaran di 3%-4%. Tetapi, melesetnya Bukan terlalu jauh. Tetap dalam rentang kendali.

Cek Artikel:  Pemilu Minus Eksisb

Kondisi APBN kita juga oke. Terdapat tambahan penerimaan Rp420 triliun. Rasio utang terhadap produk domestik bruto juga turun, dari 41% ke 39%. Rasio utang di APBN 2022 juga turun, dari yang direncanakan 4,85% menjadi 4,5%.

Kinerja keuangan Indonesia juga jauh lebih keren Apabila dibandingkan dengan Sri Lanka. Bukan mengherankan Apabila Bloomberg menyebut risiko resesi di Indonesia pada 2023 hanya 3% lebih rendah daripada Malaysia 10%. Bahkan, Jepang dan Korsel Mempunyai risiko 25%, Selandia Baru 33%.

Tetapi, Variasi peringatan dan sikap kritis tersebut Bukan boleh diabaikan begitu saja. Karena faktanya, kita Tetap menghadapi kesenjangan ekonomi yang menganga. Kita juga Tetap Mempunyai jutaan orang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Yang harus kira dahulukan ialah kewaspadaan Alasan badai Pandai datang tiba-tiba. Angin Pandai berubah Bilaman saja. Semuanya serbatidak terduga.

Tahun Lampau kita sudah mengalami resesi. Kita sudah punya pengalaman. Asal jangan Angkuh dan meremehkan psikologi tentang resesi.

Mungkin Anda Menyukai