TANTRUM pada anak terbagi menjadi dua jenis, yakni tantrum manipulatif dan tantrum verbal frustration. Tantrum manipulatif adalah ketika anak Tak mendapatkan apa yang diinginkan kemudian ia bersiasat, mencari perhatian, dan terjadi marah hingga menangis, sedangkan tantrum verbal frustration ketika anak sulit menyampaikan sesuatu karena kemampuan bahasa yang belum sempurna sehingga menjadi tantrum.
Dokter spesialis anak Brawijaya Hospital Depok dr Reza Abdussalam menjelaskan ilustrasi tantrum pada anak dimulai dengan ketika anak menginginkan sesuatu, tetapi dengan kemampuan bahasa ekspresif yang belum sempurna sehingga anak Tak Bisa menyampaikan hal yang diinginkan kepada orangtuanya dan anak mengalami tantrum.
Selanjutnya, anak melakukan perilaku Tak baik Buat meminta perhatian orangtuanya. Sayangnya, Terdapat orangtua yang salah mengartikan sehingga bukannya menenangkan Malah memberikan hukuman.
Baca juga : Anak Sedang Tantrum? Moms Dapat Coba Langkah Ini
“Tantrum pada anak merupakan masalah perilaku yang Lumrah dengan mengekspresikan kemarahan. Biasanya tantrum dimulai pada usia 18 bulan hingga 4 tahun dan anak mengalami tantrum pada usia 2 Tamat 3 tahun,” kata dr Reza dalam Fombex Talks, beberapa waktu Lampau.
Selain itu, tantrum merupakan hal yang alamiah yang harus dilalui sehingga anak Niscaya mengalami tantrum. Fase itu berhubungan dengan kemampuan bahasa ekspresif anak.
Penyebabnya pun Berbagai Macam-macam mulai stress, seperti dalam perjalanan, lelah, mengantuk, lapar, emosi yang kuat, seperti ketakutan, malu, marah, hingga situasi yang Tak dapat diatasi, misalnya Terdapat anak lebih besar yang merebut mainannya. Gejalanya Terdapat ledakan emosi yang kuat, marah, menangis, sikap agresif, menjerit, mengentakkan kaki, menendang, menjambak, mencubit, dan lain sebagainya. “Durasinya pun Tak Lamban kok jadi kita harus lebih sabar,” sebutnya.
Reza juga mengatakan tantrum juga Mempunyai jenis abnormal, yakni anak ketika marah berperilaku agresif, seperti menendang, menjambak, hingga melempar, dan self injury, seperti menggigit, mencakar diri sendiri, hingga membenturkan kepala.
“Kemudian, tantrum pada anak di atas 4 tahun kita curiga itu tantrum yang abnormal sehingga perlu pemeriksaan apakah Terdapat gangguan perkembangan lain seperti anak gangguan autis, anak gangguan ekspresif, atau anak dengan ADHD,” ungkapnya. (H-2)