Liputanindo.id – Periode tidur singkat atau microsleep yang terjadi tanpa disadari Bisa mengancam pengemudi, terutama Demi berkendara jarak jauh.
Instruktur Keselamatan Berkendara, Sony Harisno menyampaikan beberapa kiat yang dapat dilakukan Demi menyiasati hal tersebut.
“Microsleep terjadi biasanya Demi mengemudi jarak jauh, dan umumnya, orang Bisa jadi mengalami hal itu Demi telah mengemudi di jam kelima Tiba di jam ke-10, di antara jam itu,” katanya, Rabu (6/11/2024).
Menurut artikel yang ditayangkan laman Kementerian Kesehatan, microsleep merupakan suatu kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk, pada umumnya kejadian microsleep berlangsung Sekeliling sepersekian detik hingga 10 detik penuh.
Tetapi, durasi microsleep dapat bertambah lelet Kalau seseorang Betul-Betul memasuki waktu tidur.
Microsleep Bisa terjadi dalam beberapa episode yang berdekatan, Demi seseorang mencoba dan gagal Demi tetap terjaga. Seringkali dalam microsleep, otak membalik dengan Segera antara tertidur dan terjaga.
“Ketika microsleep tubuh tetap bangun sementara otak kita tidur,” jelasnya.
Demi menghindari microsleep, tentu pengemudi harus beristirahat secara teratur sebelumnya. Tetapi terkadang, dalam perjalanan jauh atau panjang, pengemudi diharuskan Demi tetap Sehat dan terjaga.
“Disarankan Demi berhenti setiap tiga jam, memberi waktu tubuh Demi pulih, Kalau terpaksa melanjutkan perjalanan, cari tempat istirahat yang Terjamin, misal rest area, selama 15 hingga 30 menit dapat membantu,” ujar Sony.
Tetapi, perlu diingat bahwa setiap orang Mempunyai ketahanan tubuh yang berbeda, Berkualitas karena Elemen umur maupun lainnya.
Sony mengingatkan, apabila pengemudi merasa Enggak Bisa berkendara selama tiga jam, lebih Berkualitas hindari memaksakan diri.
“Memang dianjurkannya berhenti mengemudi setiap tiga jam, Tetapi Kalau hanya Bisa berkendara satu Sebelah hingga dua jam, itu sudah cukup.” jelasnya.
Mengandalkan stimulasi seperti merokok, membuka kaca, atau minum kopi, menurut Sony, Enggak akan efektif dalam menghilangkan microsleep. Alasan, stimulan tersebut hanya memberikan sensasi segar sesaat.
Salah satu Langkah lain Demi tetap Konsentrasi Demi berkendara adalah dengan melakukan commentary driving, yakni kegiatan berbicara sendiri Sembari menyebutkan potensi-potensi bahaya selama di perjalanan.
“Dengan berbicara, rahang kita bergerak, yang membantu memompa oksigen dan darah ke otak, sehingga membantu menjaga Konsentrasi, salah satu penyebab kantuk adalah kurangnya oksigen dan darah ke otak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sony mengatakan bahwa Tetap banyak pengemudi yang mencoba meningkatkan adrenalin dengan menginjak gas lebih dalam, berharap dapat mengatasi rasa kantuk. Tetapi, ini Bahkan berisiko, karena meski adrenalin meningkat, rasa kantuk tetap Eksis.
“Banyak sekali pengemudi yang menyiasati dengan ‘gaspol’, harapannya adalah adrenalin dia naik sehingga ‘melek’ nah ini bahayanya kalau sudah di ‘gaspol’, adrenalin naik itu hanya sesaat, Tetapi ngantuk dan letihnya Tetap Eksis,” ujarnya.
Sebelumnya, sebuah truk ekspedisi menabrak dari belakang sebuah mobil yang ditumpangi kru stasiun televisi TV One yang tengah berhenti pada bahu jalan di Tol Pemalang-Batang, Jawa Tengah pada Kamis (31/10) Awal hari.
Polisi mengungkapkan sopir truk tersebut diduga mengalami microsleep. Akibatnya, tiga kru TV One dilaporkan meninggal dunia di Posisi kejadian, sementara dua lainnya selamat meskipun mengalami luka.