LIMA novel dari 12 karya Ika Natassa telah diadaptasi ke film layar lebar. Salah satunya Heartbreak Motel. Ika memberikan pesan bagi para penulis pemula yang ingin mendapat kesempatan bukunya dialihwahanakan. Menurutnya, jangan menjual kekayaan intelektual (intellectual property/IP) yang dimiliki penulis untuk dilepas selamanya. Dalam kerja sama adaptasi juga perlu dipisah. Misalnya, IP sebuah buku akan diadaptasi ke dalam film maka IP yang dilisensikan adalah untuk adaptasi film. Jadi, jika untuk karya adaptasi lain, akan ada kontrak baru lagi, misal serial, atau sinetron, atau bahkan sekuel film dari adaptasi film pertamanya.
Baca juga : Metode Dee Lestari Mengarahkan Anak Memilih Profesi Impian
Ia juga berpesan, kalau bisa meminta bantuan kuasa hukum untuk menelaah pasal-pasal kerja sama serta langkah yang perlu diambil untuk menjadi pertimbangan. Kuasa hukum yang bisa dipercaya juga akan memberikan nasehat-nasehat yang tidak membuat salah langkah.
“Do not sell the whole IP. Apa yang kita jual adalah hak untuk mengadaptasi. Saya pun kalau deal, selalu dipecah. Misal adaptasi untuk film, serial, sinetron, atau sekuel dan prekuel film. Saya juga tidak pernah menjual karakter. Karena buat aku, besok-besok kan aku mungkin mau menulis sekuelnya, spin off-nya, kayaknya akan menjadi keterbatasan kalau karakternya yang kita lepas/jual lisensinya. Saya menjaga itu,” terang Ika.
Dalam setiap adaptasi novelnya ke film, Ika juga berusaha untuk bisa terlibat dalam pengembangan naskahnya. Misal ada penambahan atau pengurangan karakter, itu juga perlu didiskusikan. Sehingga ketika si pemilik cerita asli akan melanjutkan cerita di bukunya, juga tidak melenceng jauh.
Ika, yang novel pertamanya, A Very Yuppy Wedding sempat membuatnya resah karena merasa tidak laku, tapi malah mendapat kejutan best seller, berpesan kepada para penulis mula, setiap cerita akan selalu menemukan pembacanya dengan cara apapun. Asal Mula itu, menurutnya, penulis juga tidak perlu risau tentang buku apa yang sedang laku di pasaran.
“Jangan ikut arus apa yang lagi ramai. Tapi kita memang harus punya gaya sendiri dan pendirian.”