Liputanindo.id JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menyebutkan Orkestra G20 di Borobudur menjadi Langkah Indonesia menyuarakan harmonisasi di dalam budaya melalui musik.
“Orkestra G20 terdiri atas 70 orang musisi dari negara G20, berhasil mengilustrasikan harmonisasi dalam kerjasama antar negara dalam menghasilkan sebuah simfoni yang merdu, yang mengartikan kolaborasi budaya adalah sesuatu hal yang Bukan mustahil dilakukan,” ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/9/2009).
Baca Juga:
Nadiem Dipanggil Presiden, Janji Hentikan Kenaikan Dana Kuliah Tunggal
Adapun Orkestra G20 Borobudur dipimpin oleh konduktor Indonesia Eunice Tong dengan pengawasan dari pianis terkemuka di Tanah Air Yakni Ananda Sukarlan.
Orkestra G20 disiapkan mempromosikan nilai-nilai mulia tentang Selaras dan keselarasan yang dapat diciptakan melalui kolaborasi negara G20 dalam sektor budaya, serta menggambarkan keragaman budaya dunia.
Sebagai pagelaran orkestra pertama dan menjadi salah satu inisiatif Indonesia dalam Presidensi G20, acara orkestra ini berhasil memanjakan indera para penikmatnya.
Dengan mengusung tema presidensi G20 bidang Kebudayaan, yakni “Jalur Budaya Demi Kehidupan Berkelanjutan” (Culture Path for Sustainable Living) pagelaran Orkestra G20 ini berlangsung di area Aksobya di halaman Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Keindahannya pun ditambah lewat latar belakang para musisi yang Berbagai Ragam budaya Membangun keberadaan Orkestra G20 semakin istimewa.
“Nilai-nilai yang disuarakan melalui G20 Orchestra antara lain: bhinneka tunggal ika (Unity in diversity), kesetaraan gender (gender diversity), gerakan anti-kekerasan, dukungan dan pemberdayaan penyandang disabilitas, dan persatuan negara-negara G20 dengan semangat “Recover Together, Recover Stronger,” ujar Nadiem.
Orkestra G20 ini Mempunyai sejumlah keunikan yang dihadirkan Demi para delegasi, salah satunya adalah kesetaraan gender.
Dalam pagelaran ini komposisi penampil acara disiapkan berjumlah rata antara musisi Perempuan dan musisi Pria.
Ajang ini juga turut memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas Demi tampil dalam Orkestra G20.
Keunikan berikutnya adalah bahwa kursi penampil orkestra juga diisi oleh para musisi muda berbakat yang berusia di Rendah 30 tahun.
Nadiem mengungkapkan bahwa langkah tersebut merupakan sebuah bentuk Penyelenggaraan semangat kebaruan dan keberlanjutan dalam bidang seni budaya.
“Maka penampilan Orkestra G20 Bukan hanya indah Demi didengarkan, Tetapi juga indah Demi dihayati keberadaannya, karena sarat dengan nilai-nilai keberagaman yang Rupanya dapat berpadu Seimbang dalam suatu irama,” tutup Nadiem.
Senada dengan pernyataan tersebut, pianis dan komposer kelas dunia, Ananda Sukarlan sebagai pemimpin dari Orkestra G20 mengapresiasi para pihak yang telah terlibat dalam pagelaran ini.
Ia bahkan menyebutkan bahwa pagelaran Orkestra G20 di Borobudur sebagai salah satu pertunjukan orkestra teristimewa di dunia.
“Ini adalah orkes dengan diversitas yang paling besar di dunia terdiri atas musisi dari negara-negara Personil G20 dengan berbagai latar belakang budaya. Keberagaman adalah isu yang paling Krusial, Tetapi (dalam Orkestra G20) kita Seluruh menjadi seragam dalam satu orkestra yang utuh, karena keseragaman kita adalah keberagaman,” kata Ananda.
Setelah sukses dihelat di Indonesia, Nadiem secara simbolis menyerahkan keberlanjutan Orkestra G20 atau G20 Orchestra kepada India yang akan memimpin G20 di 2023 yang diwakili oleh Menteri Kebudayaan India Shri Arjun Ram. (RIO)
Baca Juga:
Kapal Arka Kinari Tiba di Teluk Palu