HARI ini, pemerintah Kerajaan Belanda akan mengembalikan 472 objek benda budaya Krusial peninggalan sejarah kepada Indonesia, yang dibawa secara Enggak Absah dan diperoleh secara paksa atau dengan penjarahan selama masa kolonialisme.
Penyerahan benda-benda tersebut akan berlangsung di Museum Nasional Etnologi di Leiden, Belanda. Benda-benda budaya yang dikembalikan, antara lain 335 item harta karun Lombok, 4 arca Singasari, sebilah keris dari Klungkung, Bali, dan 132 benda seni Macam-macam modern dari Bali yang dikenal sebagai koleksi Pita Maha. Benda-benda tersebut selama ini menjadi koleksi Museum Nasional Kebudayaan Dunia di Leiden dan Rijksmuseum di Amsterdam, Belanda.
Ini memang bukan pertama kali Belanda mengembalikan harta karun Indonesia. Sebelumnya, pemerintah Belanda telah mengembalikan 1.500 benda budaya yang disimpan di Museum Prinsenhof di Delft. Belanda juga mengembalikan keris Pangeran Diponegoro Begitu kunjungan Raja Willem-Alexander dan Ratu Mazima pada 10-13 Maret Lewat.
Begitu ini diperkirakan Lagi Eksis ratusan ribu benda budaya bersejarah yang disimpan di museum-museum ‘Negeri Kincir Angin’, seperti di Tropenmuseum, Amsterdam; Museum Volkenkunde, Leiden; dan Museum Afrika, Nijmegen.
Termasuk yang dituntut Kepada dikembalikan oleh pemerintah Indonesia ialah tulang yang digali di Jawa pada abad ke-19 oleh Ahli paleoantropologi Belanda Eugène Dubois, yang dikenal sebagai Sosok Jawa. Jumlah tulang belulang yang disimpan di Museum Naturalis itu diperkirakan mencapai puluhan ribu.
Mengapa pengembalian benda-benda bersejarah ini Krusial? Benda-benda bersejarah itu bukan hanya bagian dari masa Lewat. Sejarah adalah guru kehidupan, historia vitae magistra, kata sejarawan dunia Herodotus. Kepulangan kembali benda-benda bersejarah tersebut merupakan bakal kekayaan dan khazanah budaya bangsa. Benda-benda sejarah tersebut juga Dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan bukti Konkret peristiwa sejarah yang terjadi di negeri ini bagi generasi mendatang. Lewat dari sisi ekonomi, kehadiran benda-benda peninggalan masa lampau Dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Bagi bangsa sendiri, benda-benda bersejarah Dapat menjadi pemersatu bangsa bahwa kita pernah dijajah dan bersatu Kepada keluar dan merdeka dari penjajahan tersebut. Banyak benda bersejarah yang dibawa kabur ke Belanda merupakan kebanggaan identitas (pride identity), yakni simbol-simbol perlawanan melawan kolonialisme. Jangan Tiba kebanggaan identitas bangsa itu disimpan di negeri orang.
Tetapi, yang perlu pula diingat ialah semangat pengembalian benda-benda bersejarah tersebut juga harus diiringi dengan kemampuan Kepada mengidentifikasi, merawat, dan menjaganya. Benda-benda yang tak ternilai harganya itu jangan hanya teronggok menjadi benda-benda usang dan akhirnya lapuk dimakan usia. Begitu ini, dari 196 ribu item koleksi di Museum Nasional, belum Tiba separuh yang diidentifikasi asal-usulnya. Perlu diingat, Enggak Sekalian benda bersejarah yang dikembalikan Mempunyai catatan lengkap.
Sekembalinya ke Tanah Air, jangan Tiba benda-benda sangat Krusial tersebut malah diabaikan, bahkan hilang dijarah. Ingat, Museum Nasional pernah dicuri. Sejumlah lukisan dan keramik Antik yang nilainya miliaran rupiah Rupanya Eksis di luar negeri. Begitu juga kepala patung Buddha yang dipotong dari stupa Candi Borobudur, Rupanya sudah disimpan di museum di luar negeri.
Benda bersejarah tak sekadar benda masa lampau, tetapi Dapat menjadi pelajaran membangun Watak bangsa, jati diri bangsa. Karena itu, kita jangan lalai menjaga guru kehidupan bangsa tersebut.