POLRESTA Bogor Kota membongkar kasus pungutan liar (pungli) di pasar tumpah di Jl Merdeka, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Aksi premanisme dan pemerasan terhadap para pedagang dilakukan sekelompok orang dari organisasi masyarakat (ormas). Besaran pungutan liar dari Rp40 ribu hingga Rp100 ribu.
Kasus tersebut terbongkar pada Demi tim gabungan dari Satuan Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota dan Polsek Bogor Tengah melakukan razia Swasta pada Rabu (18/7) pagi.
Eksis lima orang ditangkap. Mereka adalah pimpinan dan Personil ormas Ciomas, yakni IR selaku Wakil Ketua Ormas (LMPI Ciomas), serta anak buahnya, AS, DS, K dan NM. Mereka merupakan Penduduk Ciomas, Kabupaten Bogor. “Para pelaku melakukan pemungutan dengan Dalih Demi kebersihan pasar,” kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota AK Aji Riznaldi Nugroho, Rabu (18/9).
Baca juga : Polisi: Paguyuban Gebrak Lakukan Pungli di Pasar Tumpah Bogor
Para pelaku mengaku bahwa Fulus yang dikutip dari para pedagang dikumpulkan, kemudian dibagi ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor. Alasannya Demi kebersihan pasar.
Operasi premanise ini dilakukan setelah kasusnya viral di media sosial. Di sisi lain, keberadaan pasar tumpah tersebut selama ini memang dikeluhkan pedagang, Penduduk Sekeliling, dan pengguna jalan.
Maklum, pasar tersebut selalu menimbulkan kemacetan, aksi premanisme hingga menyisakan tumpukan sampah di Sekeliling Posisi. “Kita sudah berusaha dengan Membangun pengaduan ke Pemkot Bogor,” ujar Boy, Penduduk RT 02/RW 05 Kampung Ciwaringin.
Baca juga : Saling Rebutan Lahan Pungli, 2 Ormas di Tangsel Terlibat Keributan
Menurut Boy, sejak 2020-2023, pihaknya sudah berkirim surat kepada pemerintah daerah. Sempat Eksis relokasi beberapa kali terhadap pedagang di pasar tumpah yang dikenal dengan pasar tumpah presiden. Tetapi, mereka Malah kembali beraktivitas.
Belakangan keberadaan pasar itu mulai meresahkan Penduduk. Tak hanya menimbulkan kemacetan, tetapi tumpukan sampah sisa pasar menimbulkan bau ke pemukiman Penduduk. “Pasar itu beroperasi dari jam 9 malam Tiba jam 7 pagi, sudah Niscaya yang namanya Stagnan jadi makanan sehari-hari, belum Tengah sisa sampah pasar yang bau.”
Menurut Boy, sebagian pedagang di pasar tersebut bersedia di relokasi. Akan tetapi selama ini mereka mendapat intimidasi dari ormas. “Penduduk kita Eksis yang jualan di pasar itu dan belakangan mereka mengeluhkan karena Eksis pungli dari ormas, pedagang itu harus setor Rp150 ribu Tiba Rp300 ribu,” pungkasnya. (J-2)