Harga Gabah Anjlok, Petani Aceh Resah

Harga Gabah Anjlok, Petani Aceh Resah
Petani di Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh, sedang memanen padi sawah, Kamis (22/8/2024).(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

PETANI padi di Provinsi Aceh sejak tiga pekan terakhir resah. Pasalnya harga gabang padi kering (GPK) panen di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu turun drastis. 

Padahal, di tengah fenomena alam El Nino sekarang ini, mereka lebih besar mengeluarkan modal untuk mengolah tanah. Misalnyanya, para petani harus melakukan penyemprotan pestisida dan perangsang tumbuh lebih sering dari biasanya. 

Dari pantauan Media Indonesia, di Kabupaten Aceh Timur misalnya, harga gabah padi kering panen sudah anjlok memasuki Agustus dari sebelumnya Rp8.000 per kilogram, sekarang turun menjadi Rp6.500 per kilogram. Itu merupakan harga pembelian tingkat tengkulak (pedagang pengumpul) dari petani sawah. 

Baca juga : Fenomena El Nino, Petani Aceh Dapat Panen Gadu 15 Ribu Hektare

Cek Artikel:  Pramono Tak Punya Elektabilitas di Jakarta, Begini Respons PDIP

Semantara pada pekan lalu, harga gabah baru panen itu masih bertahan pada posisi Rp7.000 per kilogram. Setelah harga turun lagi menjadi Rp6.500 petani semakin tidak bersemangat atau tampak lesu oleh kondisi ini. 

Husaini, tokoh petani di Kecamatan Peureulak,  Kabupaten Aceh Timur, kepada Media Indonesia mengatakan seharusnya pemerintah baik melalui dinas pertanian atau satgas pangan melakukan penertiban terkait harga gabah. Hal itu penting untuk mencegah permainan pasar oleh pengusaha. 

“Sudah menjadi kebiasaan kalau musim panen harga gabah anjlok. Padahal, hanya sebagian kecil saja yang musim panen. Ini tidak bisa dimaklumi oleh petani. Tapi karena pemerintah diam saja, perlakuan tidak memihak ke petani itu terus berjalan saban tahun,” tutur Husaini dengan raut wajah kecewa. 

Cek Artikel:  BKKBN Birui Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, Pengaruhtif Menjaga Stunting?

Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di kawasan Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie Jaya, dan Kabupaten Pidie. Ironisnya lagi musim panen gadu (musim panen kedua) kali ini persis di tengah fenomena alam El Nino. 

“Keuntungan dari bertani padi sawah sudah cukup sulit dalam kondisi seperti sekarang ini. Petani tidak bersemangat lagi menanam padi. Apalagi kaum muda yang mengira pergi ke sawah sawah pekerjaan paling rendah. Tugasnya berat dan hasilnya tidak setimpal,” tambah Ridwan, petani di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Pidie. (MR/J-3)

Mungkin Anda Menyukai