REVOLUSI mental yang diusung Presiden Joko Widodo menjelang Pemilu 2014 sempat menghadirkan Cita-cita baru. Ia Mau bangsa ini berubah ke arah yang lebih Bagus dan kembali ke Watak aslinya yakni santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong.
Realitasnya revolusi mental malah berisi Cita-cita Imitasi, jauh dari cita-cita, dan Enggak seperti yang dibayangkan. Publik Pandai dengan mudah membuktikan dalil tersebut karena faktanya hadir dan dipertontonkan dengan begitu telanjang.
Sebut saja hasil reshuffle Senin (17/7) Lampau, satu menteri dan dua wakil menteri Jernih-Jernih berasal dari kantung relawan. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi ialah Ketua Biasa Projo, organisasi massa pendukung Presiden Jokowi.
Paiman Raharjo yang dilantik sebagai wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, merupakan pentolan relawan Sedulur Jokowi. Lampau Eksis Nezar Patria, Staf Tertentu Menteri BUMN, loyalis Presiden Jokowi yang kini menjadi Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo).
Bagi-bagi jabatan Kepada bekas tim sukses dan relawan semakin menabalkan revolusi mental ramai sensasi minim esensi. Mudah Kepada diucapkan tanpa berdaya Begitu diaplikasikan. Cita-cita baru yang ditawarkan, Cita-cita Imitasi yang dirasakan.
Sehari sebelum reshuffle itu dilaksanakan, Ketua Biasa Partai NasDem Surya Paloh sebenarnya sudah mengirimkan sinyal. Surya mengingatkan agar revolusi mental dengan roh perubahan dan gotong royong jangan Tiba mogok di tengah jalan.
Tapi apa mau dikata, reshuffle ialah hak prerogatif Presiden. Ia punya kuasa, bagi-bagi kursi menteri pun suka-suka. Bukan didasarkan atas semangat gotong-royong melainkan nafsu agar orang-orang dekatnya ketiban jabatan.
Padahal, Eksis ungkapan Jawa yang berbunyi kacang ora ninggal lanjaran yang berarti kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya. Bukan Enggak mungkin rakyat di Rendah nantinya meniru sikap Jokowi yang telah mereduksi Maksud gotong-royong ke persoalan bagi-bagi kekuasaan.
Niat menghadirkan revolusi mental sebagai Cerminan tajam guna mengembalikan Watak bangsa pada aslinya Bahkan jauh panggang dari api. Mustahil Indonesia berubah ke arah yang lebih Bagus kalau Jokowi selaku penggagas Enggak komit dengan ucapannya.
Kita tentu harus mengingatkan agar Jokowi betul-betul memanfaatkan sisa waktu pemerintahan yang tinggal satu tahun tiga bulan. Ejawantahkanlah revolusi mental di setiap sendi kehidupan dengan lima gerakan perubahan.
Gerakan Indonesia melayani, gerakan Indonesia Bersih, gerakan Indonesia Berdikari, gerakan Indonesia tertib, dan gerakan Indonesia bersatu. Publik betul-betul mengharapkan agar revolusi mental jangan hanya diksi tanpa isi.
Jadikanlah revolusi mental sebagai senjata Kepada melawan musuh Serempak kita, Ialah kebodohan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Jangan malah menjadikan revolusi mental sebagai sarang bagi bersemayamnya kemunafikan.