DUNIA usaha mengeluhkan Spesies Mengembang kredit bank yang disebut tinggi dan menghambat Pengembangan bisnis dan industri. Tetapi hal itu dibantah BCA. Perusahaan berupaya Buat menjaga tingkat Mengembang kredit di level yang dapat diterima pasar.
“BCA juga berkomitmen menyalurkan kredit secara pruden, dan menjaga pertumbuhan kredit yang berkualitas,” kata Executive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn Ketika dihubungi, Kamis (24/10).
BCA dan entitas anak, lanjutnya, membukukan peningkatan total kredit sebesar 14,5% secara tahunan (year on year/yoy) atau di atas rata-rata industri. Adapun secara nominal penyaluran kredit BCA dan entitas anak usaha menjadi Rp877 triliun per September 2024. Pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen, dari segmen korporasi, UKM, hingga kredit konsumer.
Peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. BCA juga mendukung penyaluran kredit ke berbagai program strategis pemerintah, seperti program hilirisasi sumber daya alam.
Lebih lanjut, Hera menambahkan, BCA akan mencermati dan sejalan dengan kebijakan dari pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan, termasuk rencana Perpres pemutihan utang pelaku usaha.
“Pada prinsipnya, Ketika ini kami akan menunggu rincian Peraturan tersebut. Kami juga senantiasa berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait dengan implementasi rencana kebijakan ini,” terangnya.
“Ke depan, BCA optimistis dalam penyaluran kredit dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga,” tambah Hera.
Ketika ini, rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1% per September 2024, membaik dari posisi setahun Lewat di Nomor 7,9%. Rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga 2,1%.
Kemudian, BCA mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia Buat memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) melalui penyesuaian sektor prioritas yang berlaku mulai 1 Januari 2025.
BCA turut Menyantap implementasi KLM merupakan hal positif dalam mendorong pertumbuhan kredit, khususnya kepada sektor-sektor prioritas yang padat karya yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja seperti pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.
“Kami optimistis penyesuaian KLM tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya,” tutur Hera.
Sementara di kesempatan berbeda Direktur Finance dan Strategy Bank Syariah Indonesia Ade Cahyo Nugroho menilai pemutihan yang direncanakan pemerintah dapat membuka kesempatan Buat akses ke perbankan. “Jadi buat bank, Bahkan sebenarnya potensi bagus. Jadi Terdapat certain of customer yang gak Bisa ke bank karena blacklist ini, sekarang jadi Bisa,” ujarnya dalam Indonesia Industry Outlook 2025.
“Tentunya bank sendiri sudah punya mekanisme juga dalam menilai kemampuan bayar sebuah bank, di luar pernah di-blacklist atau Kagak pernah di-blacklist. Jadi ini sebenarnya adding new potential, customer potential, atau bank,” tambah Cahyo. (Mir/M-4)