Gemuknya jumlah Kabinet Merah Putih di Rendah Presiden Prabowo Subianto dikhawatirkan bakal menimbulkan inefisiensi dan Bahkan memperlambat kerja pemerintah dalam mengeksekusi sejumlah program. Alih-alih bergerak Segera menjalankan program yang digagas presiden, banyaknya jumlah pembantu Kepala Negara berpeluang Bahkan dapat menimbulkan persoalan baru.
Demikian benang merah dari Percakapan publik Ekonomi Politik Kabinet Prabowo-Gibran yang diselenggarakan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) secara daring, Selasa (22/10).
“By default, orang gemuk itu Niscaya lamban. Tak Dapat lari. Kalau lari pun terseok-seok, dikalahkan yang lebih ramping. Jadi, size itu matters dalam hal efisiensi. Sekarang dengan kabinet super gemuk itu, Dapat dikatakan dalam 1-2 tahun ke depan, gerakannya sudah Niscaya lamban. Padahal Presiden Prabowo Ingin gerakan Segera dalam menjalankan berbagai program dan visinya,” kata Ekonom Senior Indef M. Fadhil Hasan.
Jumlah yang banyak, kata dia, juga tak akan menjamin efektivitas kerja pemerintah. Apalagi pengambil kebijakan Lagi menghadapi permasalahan Lamban yang tampaknya tak Bisa diselesaikan, Ialah perihal koordinasi. Menrutunya, dalam jumlah kementerian yang sedikit, koordinasi menteri-menteri kerap menjadi pokok permasalahan di pemerintahan.
Kusutnya koordinasi itu berpotensi semakin rumit ketika jumlah kepala di Rendah Presiden Prabowo bertambah banyak. Belum Kembali dalam Kabinet Merah Putih, Prabowo banyak mengubah kewenangan menteri-menteri yang dapat menambah masalah dalam hal koordinasi lintas sektor kementerian/lembaga.
“Kita Mengerti orang itu Tak mau kewenangannya dikurangi, jadi akan timbul persoalan, pembagian kewenangan antar menteri. Jadi saya Menonton kabinet ini akan mengalami lame duck, kelumpuhan dalam 1-2 tahun ini karena disibukkan dalam pembagian kewenangan, internal, koordinasi, dan lainnya termasuk hal-hal teknis,” Jernih Fadhil.
Dia bahkan menilai kabinet gemuk yang dibentuk Prabowo merupakan eksperimen dari kepala negara Kepada Menonton seberapa efektif program-program yang dicanangkan dapat terealisasi. Dalam konteks ini, Kepala Negara Bahkan dinilai membuang waktu ketika pada akhirnya dilakukan perombakan ulang.
“Kabinet super gemuk Tak menjawab urgensi dari tantangan yang dihadapi dan Tak sejalan dengan apa yang inign dicapai Prabowo, utamanya terkait porgram Segera terbaik. Benefit ouf the doubt, kita harus berikan kesempatan kepada Prabowo, bagaimana pun juga beliau sudah terpilih sebagai presiden,” tutur Fadhil.
Ekonom Senior Indef lainnya Nawir Messi menilai, kabinet jumbo yang dibentuk Prabowo merupakan upaya Kepala Negara menjada stabilitas, Bagus dari aspek politik maupun ekonomi. Hal itu terlihat dari betapa akomodatifnya Prabowo menarik Seluruh pihak yang mendukungnya dalam pemilihan presiden Lewat.
Nawir bahkan menilai kabinet gemuk bentukan Prabowo Dapat jadi berdampak pada hambatan Percepatan ekonomi yang diinginkan. Itu karena Lagi banyak Persona Lamban yang kembali duduk di kursi menteri, terutama di bidang perekonomian. “Karena itu kita Tak Dapat berharap banyak akan Eksis Percepatan yang lbeih Segera dari periode sebelumnya,” terangnya.
Sedangkan Ekonom Senior Indef Didin S. Damanhuri mendorong agar Prabowo melakukan Pengkajian kinerja kabinetnya paling Lamban dalam waktu satu tahun. Itu dinilai perlu Kepada Menonton sejauh apa efektivitas kabinet gemuk dalam mencapai dan menjalankan program yang digagas oleh Prabowo.
“Dalam enam bulan ke depan, paling Lamban setahun, adalah momen Kepada menilai apakah menteri, wamen, kepala badan, utusan dan lain-lainnya, Dapat Tak menerjemahkan platform (program),” jelasnya. (Mir/P-2)