Antisipasi Cuaca Ekstrem di Papua

CUACA kian ekstrem. Tetapi, kondisi tersebut juga Tak terjadi tiba-tiba. Karena itu, berulangnya bencana kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, menunjukkan Tetap lemahnya antisipasi Dampak cuaca ekstrem.

Cuaca ekstrem hingga minus 9 derajat celsius, khususnya di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, telah dilaporkan sejak Juni 2023. Temperatur yang Anjlok kemudian diikuti juga dengan hujan es.

Akibatnya, tanaman Penduduk menjadi layu dan busuk. Kondisi kian parah karena periode musim kemarau yang dibarengi El Nino Membikin hujan tak turun. Maka, gagal panen pun menjadi Konkret.

Hingga kini, dilaporkan, enam orang meninggal, termasuk anak-anak. Korban Pandai saja bertambah karena 10 ribu orang lainnya juga terdampak kelaparan.

Kondisi tersebut mengingatkan kita pada bencana serupa yang terjadi di Agandugume pada 2015 Begitu daerah itu Tetap masuk Provinsi Papua. Pada Juli tahun itu pula hujan es dan kelaparan melanda Daerah-Daerah tetangganya yang juga berada di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl. Salah satu yang terparah terjadi di Distrik Wano Barat, Kabupaten Lanny Jaya. Di sana 11 Penduduk meninggal akibat kelaparan.

Cek Artikel:  Ruang Semu dari KPU

Pada 2015, di Lanny Jaya pula para aktivis lingkungan mengamati mulai munculnya fenomena embun beku. Fenomena tersebut muncul Kembali pada 2019 dan sejak itu muncul Maju setiap tahun hingga menyebabkan gagal panen.

Berdasarkan catatan BMKG, hujan salju terjadi pula di Papua Tengah pada 2019. Segala kondisi yang mengarahkan sama, yakni kemarau dan El Nino. Paduan kondisi itu menyebabkan perbedaan suhu yang sangat besar antara siang hari dan menjadi sangat dingin pada Awal hari.

Maka, ketika pada Maret Lewat BMKG memberikan peringatan terjadinya El Nino di Indonesia, antisipasi Dampak cuaca ekstrem semestinya dilakukan sangat serius oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (pemda).

Cek Artikel:  Rasional Memilih Pemimpin

Kita memang Tak menutup mata perihal medan yang sulit di Tanah Papua. Ditambah Kembali, sejumlah Daerah paling terdampak cuaca ekstrem itu juga menjadi lintasan Grup kriminal bersenjata (KKB). Masalah keamanan itu pun diakui Presiden Jokowi menyebabkan pilot Tak berani mendarat sehingga penyaluran Sokongan terkendala.

Pada Senin (31/7), Presiden memerintahkan TNI Demi mengawal pendistribusian Sokongan tersebut. Sebelumnya, pada Sabtu (29/7), Kepolisian Resor Puncak mengawal distribusi Sokongan yang dilakukan Bupati Puncak Willem Wandik.

Bupati terbang menggunakan pesawat Reven Dunia Air dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju Bandara Agandugume. Sokongan yang dibawa terdiri atas satu drum BBM, 400 kilogram Sokongan makanan dari Panglima TNI, dan 200 kilogram Sokongan makanan dari Pemkab Puncak. Dari berbagai video yang beredar, Penduduk tampak sudah menunggu di Sekeliling landasan sehingga penyaluran Sokongan dapat berlangsung Segera dan Kondusif.

Kendati demikian, pengamanan yang lebih tinggi serta metode lain Demi penyaluran Sokongan-Sokongan berikutnya Jernih harus sudah disiapkan. Terlebih, sesuai prediksi BMKG pula, puncak El Nino di Indonesia baru akan dimulai pada Agustus ini. Fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) itu baru akan berakhir Desember nanti.

Cek Artikel:  Proyek Infrastruktur Harus Terukur

Pengawalan keamanan Jernih menjadi Unsur Krusial agar proses distribusi Sokongan Cocok sasaran. Tak disusupi ataupun menjadi Sasaran sasaran penyerangan KKB.

Lebih jauh Kembali pemerintah pusat harus bekerja lebih erat dengan pemerintah-pemerintah provinsi yang memang Tetap berusia muda itu demi menghasilkan sistem ketahanan pangan yang lebih Bagus, termasuk tahan cuaca ekstrem.

 

Pembuatan lumbung yang diusulkan sejumlah peneliti sejak beberapa waktu Lewat perlu dikaji serius oleh pemerintah. Sistem lumbung, yang merupakan warisan nenek moyang, bukan saja dapat menjadi tumpuan di Begitu kemarau, tapi juga ikut menyokong kelestarian pangan lokal.

Mungkin Anda Menyukai