Momentum Listyo Sigit

KEPEMIMPINAN terbagi dalam dua teori. Pertama, teori genetis menjelaskan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, and not made). Penganut teori ini percaya bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena Potensi sejak dia dilahirkan. Artinya, kepemimpinan diyakini sebagai sebuah takdir. Pemimpin model genetis Mempunyai Potensi terpendam Demi memimpin di segala medan atau keadaan.

Kedua, teori sosial menyebutkan bahwa seseorang menjadi pemimpin besar itu harus disiapkan (leader are made, and not born). Pemimpin model ini lahir Kalau diberi kesempatan Demi memimpin. Diberikan ruang Demi berekspresi, berinovasi, berimprovisasi, dan mengambil keputusan-keputusan Krusial dan strategis.

Kedua model pemimpin itu akan menjadi pemimpin besar Kalau menghadapi momentum bersejarah berupa perubahan-perubahan yang bersifat Esensial, out of the box, dan luar Normal. Bisa juga kedua pemimpin itu akan menjadi pemimpin besar tak sekadar menunggu momentum, tetapi menyiapkan momentum perubahan. Momentum bukan karena accident (kecelakaan), tetapi by design (perencanaan).

Jenderal Listyo Sigit Prabowo menemukan momentum Demi menciptakan perubahan di tubuh Korps Bhayangkara. Perubahan yang Layak dicatat dalam sejarah perjalanan Kepolisian RI. Perubahan yang akan dikenang oleh generasi mendatang bahwa Jenderal Listyo telah berbuat yang sangat berarti, yakni Rapi-Rapi di lembaganya dari benalu yang menggegoroti moral insan pengayom, pelindung, dan pelayanan masyarakat, Polri.

Cek Artikel:  Menebeng Jet Pribadi

Kasus pembunuhan Brigadir Joshua Hutabarat yang sekarang bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan terdakwa mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Irjen Ferdy Sambo, istrinya Putri Chandrawati, dan 4 terdakwa lainnya, ialah momentum besar bagi Listyo Demi mengembalikan kepercayaan publik yang ambyar, Anjlok tersungkur ke titik nadir.

Listyo membentuk Tim Tertentu Demi mengusut tuntas kasus yang menyita perhatian publik tersebut. Nyaris seratus personel Polri diperiksa. Banyaknya terdakwa dalam kasus pembunuhan Brigadir J dan penghalangan penyidikan (obstruction of justice) membuktikan pengaruh Ferdy Sambo di tubuh Korps Bhayangkara. Sambo yang mencoba merekayasa kasus pembunuhan mantan ajudannya itu akhirnya Kagak berkutik setelah tim bentukan Listyo yang dipimpin oleh Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

Cek Artikel:  KPU Miskin Etika Demokrasi Gasing

Sebelumnya, Personil Polri yang diduga terlibat kasus Sambo menjalani sidang etik yang digelar Komisi Kode Etik Polri (KKEP). Terhitung sudah Terdapat 18 polisi yang menjalani sidang etik dan dijatuhi Hukuman. Mereka dijatuhi Hukuman berupa penempatan di tempat Tertentu (patsus) hingga pemberhentian Kagak dengan hormat (PTDH). Di antara mereka Terdapat yang menyatakan menerima Hukuman yang dijatuhkan dan Terdapat juga yang menyatakan banding.

Sebanyak 18 polisi itu terdiri atas 4 orang tersangka kasus penghalangan penyidikan dan 14 orang diduga melanggar kode etik. Terakhir, Terdapat Hukuman demosi tertinggi, yakni AKB Ridwan Rheky Nellson Soplanit selaku mantan Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, yang disanksi demosi selama 8 tahun.

Belum Tamat di situ, ujian bagi Kapolri kembali muncul dengan Tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang mengakibatkan jumlah korban yang Lalu bertambah. Total jumlah korban tewas per kemarin adalah 135 orang. Tragedi terburuk kedua sepak bola di tingkat dunia. Ini juga momentum bagi Listyo Demi menjatuhkan Hukuman bagi petugas yang bersalah dan menyeretnya ke pengadilan. Tragedi terjadi karena kebodohan pengelolaan sepak bola dan pengamanan pertandingan sepak bola yang Kagak mengacu kepada aturan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

Cek Artikel:  Spirit Muda

Ujian semakin dalam ke Jenderal Listyo ialah dugaan keterlibatan Kapolda Sumatra Barat Irjen Teddy Minahasa dalam kasus narkoba. Polisi menetapkan 11 tersangka dalam kasus tersebut, 4 di antaranya polisi. Kasus ini juga momentum bagi Listyo Sigit Demi membongkar bisnis narkoba ke akar-akarnya yang melibatkan Personil Polri. Jangan Tamat terjadi Kembali ‘pagar makan tanaman’.

Terakhir, Listyo Sigit memerintahkan jajaran kepolisian Demi menghentikan budaya setoran ke atasan. Pernyataan yang melegakan publik di tengah keyakinan publik bahwa budaya setoran di kepolisian sebagai hal yang lumrah. Mulai seleksi masuk Personil Polri, sekolah pimpinan, kenaikan pangkat, hingga rotasi jabatan. Tetapi, perintah itu jangan Tamat manis di bibir, tapi pahit dalam implementasi. Pemimpin sejati Kagak menawarkan fatamorgana.Tabik!

Mungkin Anda Menyukai