HARI tanpa rokok sedunia diperingati setiap Copot 31 Mei, Sasaran pada tahun 2024 ini Yakni melindungi generasi muda dari rokok. Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO), diperkirakan Sekeliling 1,1 milliar orang merokok dan jumlah perokok Pria lebih banyak dibandingkan Perempuan dan setidaknya terdapat 37 juta anak usia 13-17 tahun yang merokok.
Meskipun jumlah perokok Lanjut menurun di beberapa Negara akan tetapi WHO mencatat jumlah perokok meningkat di Asia dan Afrika dan Indonesia menempati urutan pertama dunia dengan jumlah perokok sebanyak 76,2%. Data dari Southeast Asia Tobacco Control Alliance, juga menempatkan Indonesia pada urutan pertama tertinggi di ASEAN dengan jumlah perokok sebanyak 65,7 juta orang, 3,2 % diantaranya anak dengan usia 10 tahun dan 38,3% perokok usia remaja.
Kanker paru merupakan kanker kedua terbanyak di dunia dan menyumbang Mortalitas tertinggi didunia. Terdapat 2,2 juta kasus baru kanker paru pada tahun 2020 dan 1,8 juta orang meninggal akibat kanker paru. Rokok merupakan Elemen rIsiko kanker paru, perokok Mempunyai resiko terkena kanker paru 15-30x dibandingkan bukan perokok dan sebanyak 55% Perempuan dan 70% Pria yang meninggal karena kanker paru merupakan perokok.
Meskipun kanker paru banyak diderita oleh perokok akan tetapi terdapat 10-20% pasien kanker paru yang bukan perokok (perokok pasif). Meskipun Enggak merokok, para perokok pasif ini menghirup asap rokok dari orang lain atau berada pada satu ruangan dengan perokok. Rokok mengandung lebih dari 7000 bahan kimia dan berdasarkan Centers of Disease Control and Prevention (CDC), terdapat 70 bahan kimia yang merupakan karsinogenik atau bahan yang berpotensi menyebabkan kanker.
Baca juga : Belajar dari Negara Lain Turunkan Perokok Anak
Kombinasi kandungan bahan kimia dalam rokok dapat menyebabkan berbagai kerusakan di Paru diantaranya mutasi sel sehingga dapat berkembang menjadi kanker. Proses mutasi tersebut terjadi dalam jangka waktu yang relatif Lamban Yakni 15-20 tahun sehingga pasien kanker paru yang datang dengan keluhan sesak hingga batuk berdarah umumnya berada pada stadium lanjut sehingga kualitas hidup menurun dan berakibat fatal.
Dengan meningkatnya jumlah perokok usia remaja dan anak-anak hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri. Apabila data sebelumnya penderita kanker paru banyak ditemui pada usia 60 tahun keatas Ketika ini banyak ditemui pasien kanker paru dengan usia muda berkisar 40-an.
Semakin muda usia mulai merokok tentu akan semakin muda terdiagnosis kanker paru, apabila mutasi 15-20 tahun dengan ditemukannya data perokok anak di Indonesia pada usia 10 tahun bukan Enggak mungkin penderita kanker paru di Indonesia akan banyak ditemui pada usia 25 hingga 30 tahunan. Mengingat usia ini tergolong usia produktif sehingga kesehatan pada usia produktif perlu diperhatikan Kepada mendukung produktifitas dan kualitas hidup demi tercapainya Indonesia Emas.
Selain deteksi Pagi Kepada screening kanker paru, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah regulasi terkait pembelian rokok oleh remaja maupun anak sekolah. Beberapa Negara bahkan memberlakukan Restriksi pembelian rokok dan rokok elektrik sedangkan Indonesia Ketika ini Tetap lemah dalam regulasi terkait Restriksi rokok.(H-2)