Menghidupkan Budaya Kritik


Grup intelektual Bukan akan pernah kehabisan bahasa Buat menyuarakan kebenaran. Mereka terkenal subur akan gagasan dan begitu kaya dengan pemikiran. Bukan mengherankan bila rakyat menggantungkan Cita-cita kepada kaum cendekiawan ketika menghadapi persoalan nan pelik.

Apalagi ketika persoalan itu berhubungan langsung dengan kekuasaan. Kaum intelektual sontak bertindak sebagai pencerah jalan, pendobrak kebekuan, dan pelantang Bunyi yang membawa jerit penderitaan rakyat langsung ke telinga penguasa.

Senjata Grup cendekiawan hanyalah satu, yakni kritik. Filsuf Amerika Perkumpulan Noam Chomsky Tamat mengatakan bahwa peran kaum intelektual ialah to speak the truth and to exspose the lies (menyuarakan kebenaran dan mengungkapkan kebohongan penguasa).

Kritik sebagai hasil buah pikiran dan gagasan tentu sangat berbeda, Jernih-Jernih berbeda, dengan penghinaan. Kritik diarahkan kepada kinerja dan jabatan, sebaliknya penghinaan sudah berada di kutub berlawanan karena menyerang ke personal seseorang.

Ketika filsuf politik Rocky Gerung Loncat pagar dengan menyematkan kata-kata ‘bajingan tolol’ kepada Presiden Joko Widodo, sulit Buat mengatakan itu bukan sebuah penghinaan. Kalaupun tak diarahkan kepada pribadi Pak Joko Widodo, tetapi ke jabatan, kata-kata itu tak Layak disampaikan. Terlebih disampaikan oleh seorang intelektual yang Bisa menyelami aspek etik dalam berbahasa di ruang publik.

Cek Artikel:  Jangan Mengendur Kawal Pilkada

Ucapan ‘bajingan tolol’ terlontar Demi Rocky Gerung hadir dan berorasi dalam acara Konsolidasi Akbar Aliansi Aksi Sejuta Buruh Serempak Perkumpulan Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu (29/7) Lampau.

Orang tentu Bisa berdebat panjang dalam urusan semantik dengan menyebut ucapan itu sebagai kritik tajam. Sebuah kritik dari Rocky lantaran Jokowi pergi ke Tiongkok Buat menawarkan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Tetapi, Bukan sedikit orang yang telanjur tersinggung dan melaporkan Rocky ke Polda Metro Jaya. Perbuatannya itu dinilai sudah menyerang pribadi Jokowi serta dianggap mengganggu dan memunculkan kegaduhan di antara masyarakat.

Seluruh pastinya setuju bahwa kritik Bukan boleh dipenjara, Bukan boleh dikriminalisasi. Akan tetapi, kritik juga harus Terdapat ukurannya. Kata ‘bajingan’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Bisa bermakna penjahat ataupun suatu makian. Kata ‘tolol’ berarti sangat bodoh, bebal.

Cek Artikel:  Industri Tekstil Menjemput Tewas

Publik tentu akan bulat mendukung bahkan membela Rocky sepanjang yang diserang ialah kebijakan miring Presiden Jokowi. Bagus itu soal proyek IKN maupun Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja yang harus diakui Lagi menjadi perdebatan di masyarakat.

Karena sudah menuai polemik, Rocky yang semula berkelit akhirnya memilih meminta Ampun. “Saya meminta Ampun terhadap keadaan hari ini yang menyebabkan perselisihan itu berlanjut tanpa arah,” ujar Rocky dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (4/8).

Rocky meminta Ampun karena ucapan ‘bajingan tolol’ telah membuka perselisihan di ruang publik antara yang pro dan kontra, sekaligus Membikin kehebohan yang ditafsirkan menjadi keonaran.

Kita tentu mendukung, sangat mendukung, agar kritik terhadap kekuasaan Maju disuarakan. Menjewer penguasa yang Bukan amanah, melawan kebijakan yang semakin menindas, dan memperbaiki kebobrokan dalam pengelolaan negara termasuk soal IKN yang Lagi mengundang pro-kontra.

Cek Artikel:  Dunia Usaha tak AlergiPilpres Dua Putaran

Akan tetapi, kita menolak, sungguh-sungguh menolak, manakala ujaran yang disampaikan bermuatan caci maki, sarat penghinaan, dan bertendensi merendahkan. Budaya kritik memang Sepatutnya ditumbuhkan di negeri ini Buat membendung otoritarianisme kekuasaan. Budaya kritik yang sehat, konstruktif, dan disampaikan dengan kata-kata yang Bagus. Apa jadinya Kalau diksi yang mengandung polemik itu menjadi hal Normal diucapkan anak bangsa ini. Bagaimana nantinya ujung dari kasus hukum Rocky Gerung ini tentu harus menjadi pembelajaran bagi Seluruh pihak.

Kekuasaan memerlukan kritik sebagai obat, bukan ujaran kebencian yang sejatinya meracuni peradaban. Intelektual Bukan hanya bersandar pada Intelek, tetapi juga Etika dan moral.

Mungkin Anda Menyukai