Apakah Dokter Asing merupakan Solusi Mengatasi Masalah Kesehatan

Apakah Dokter Asing merupakan Solusi Mengatasi Masalah Kesehatan?
Paulus Januar, Member Pengurus Besar PDGI dan pengajar Program Pascasarjana Universitas Prof Dr Moestopo(MI/HO)

KEHADIRAN dokter dan tenaga kesehatan asing Bisa Membangun kualitas layanan kesehatan Indonesia lebih Berkualitas. Seperti halnya sepak bola Indonesia menjadi jauh lebih Berkualitas dengan adanya pemain asing yang dinaturalisasi. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam Perhimpunan Komunikasi Tenaga Kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, 21 Mei 2024.

Selanjutnya dikemukakannya, dengan masuknya tenaga kesehatan asing, akan memacu tenaga kesehatan dalam negeri Demi belajar lebih dan meningkatkan standar mereka. Menurutnya, kompetisi secara sehat dapat Membangun kualitas tenaga medis di Indonesia akan semakin meningkat.

Tak ayal Tengah pernyataan tersebut memicu kontroversi pro maupun kontra. Dengan demikian patut secara jernih menelaah mengenai dokter dan tenaga kesehatan Kaum negara asing dalam kaitan Demi mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia.

Baca juga : Menkes Bantah adanya Liberalisasi lewat Dokter Asing di Indonesia

Kalaulah Menteri Kesehatan menyoroti mengenai kualitas pelayanan kesehatan, sebenarnya permasalahannya Tak sederhana melainkan merupakan sesuatu yang kompleks. Terdapat banyak Elemen yang menjadi penentu kualitas pelayanan kesehatan. 

Selain tersedianya Biaya serta sarana dan prasarana terdapat pula unsur sumber daya Sosok dan sistem pelayanan kesehatan yang menjadi determinan Berkualitas buruknya kualitas pelayanan kesehatan.

Sumber daya Sosok yakni tenaga medis serta tenaga kesehatan meski bukan satu-satunya, merupakan unsur Esensial yang menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Bagi terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas membutuhkan sumber daya Sosok yang berkualitas pula.

Baca juga : Dokter jadi Korban Perundungan, Menkes: Kita Sikat Pelakunya

Sebagaimana dokter Indonesia, dokter Kaum negara asing terdapat yang berkualitas, tapi yang sub standar juga Terdapat. Mengenai dokter asing yang hendak bekerja di Indonesia dengan demikian tetap perlu penapisan agar yang datang bukan dokter yang sub standar. Jangan Tiba Lagi Terdapat mentalitas sebagai bangsa yang pernah dijajah, hingga menganggap segala sesuatu yang berasal dari negara maju Niscaya bagus.

Cek Artikel:  Muhammadiyah, Gagasan Kemajuan, dan Pemimpin Perubahan

Mengenai penapisan dokter asing patut ditelaah peraturan perundang-undangan yang Terdapat terutama dengan diberlakukan UU no 17/2023 tentang kesehatan. 

Tiba sejauh mana perangkat ketentuan serta kelembagaan yang Terdapat dapat menapis dokter asing. Jangan Tiba kebobolan dengan masuknya dokter asing yang sub standar atau yang pindah ke Indonesia karena terkena Denda etik atau hukum di negara asalnya.

Baca juga : Menkes Minta Perbedaan Pendapat RUU Kesehatan Diselesaikan dengan Beradab

Sebenarnya terutama di era globalisasi ini, di bidang kesehatan memang sudah banyak dilakukan alih ilmu dan teknologi. Hal ini dilaksanakan dengan mengudang dokter asing Demi memberikan ceramah, lokakarya, bahkan pelatihan dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi. Dapat dikatakan hal ini merupakan suatu yang sudah lazim dijalankan di kalangan profesi kedokteran di Indonesia.

Tetapi, sebaliknya, mungkin Tak banyak diketahui, terdapat pula dokter Indonesia yang diundang ke manca negara dalam rangka peningkatan kualitas dokter di negara tersebut. Bahkan terdapat pula tenaga kesehatan dari luar negeri yang datang ke Indonesia Demi belajar dari dokter di Indonesia. Terutama Demi kasus-kasus penyakit tertentu, Rupanya dokter di Indonesia Mempunyai kemampuan serta pengalaman yang cukup banyak dalam menanganinya, sedang di luar negeri kasus tersebut jarang terdapat.

Tiba kini Tak lazim dokter asing yang ke Indonesia Demi bekerja dan mencari nafkah, apalagi Tiba melakukan naturalisasi menjadi Kaum negara Indonesia. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang perlu ditelaah secara seksama. Berpraktik Demi bekerja mencari nafkah mengandung nuansa yang berbeda dengan alih ilmu dan teknologi.

Baca juga : Tak Percaya Tengah Menteri Kesehatan, FDPKKB Layangkan Somasi Ketiga

Cek Artikel:  360 Derajat Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia

Menjalankan praktik Demi alih ilmu dan teknologi umumnya dilakukan secara temporer serta pendekatannya adalah memberikan bimbingan pada sejawatnya dokter di Indonesia. Sedang bila berpraktik Demi mencari nafkah biasanya Demi waktu yang relatif berjangka panjang, apalagi bila melakukan naturalisasi. Kemudian interaksinya dengan sejawat dokter Indonesia mengandung unsur sebagai pesaing yang menurut pernyataan menkes dalam rangka kompetisi secara sehat.

Patut pula dipertimbangkan, pola komunikasi dokter dengan pasien bebeda dengan yang dilakukan pemain sepak bola. 

Demi menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dokter dalam merawat pasien bukan hanya perlu menjalankan komunikasi efektif, melainkan kerap kali harus Tiba pada Tahap empati terhadap apa yang disampaikan pasien. Hal ini akan menjadi masalah bila dokter asing kurang memahami sosio kultural pasien, apalagi kalau Tak Bisa berbahasa Indonesia dengan Berkualitas.

Dugaan mendatangkan dokter asing terutama Demi mengatasi beban kebutuhan masyarakat yang menderita sakit dan memerlukan pelayanan medis, terutama pelayanan spesialistik bahkan subspesialistik. Padahal sebenarnya sebelum menderita sakit, yakni ketika dalam keadaan sehat yang diperlukan adalah pendekatan promotif dan preventif Demi meningkatkan Tahap kesehatan dan mencegah penyakit.

Dengan kegiatan promotif dan preventif seperti pola hidup sehat, pencegahan penyakit, dan deteksi Awal banyak orang dapat terhindar dari penyakit. Dengan melaksanakan promotif dan preventif akan mengurangi beban penyakit pada pelayanan kesehatan. 

Sedangkan Demi melaksanakan program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tersebut agaknya Tak perlu dengan mendatangkan dokter asing.

Sayangnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit selama ini cenderung Tak efektif dijalankan. Padahal pendekatan promotif dan preventif akan menurunkan tingkat penyakit serta meningkatkan kualitas hidup. 

Sedangkan diabaikannya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, serta kemudian baru melakukan tindakan ketika sudah terjadi penyakit akan memimbulkan beban yang besar bagi pelayanan kesehatan. Dengan beban pekerjaan yang berat sulit dihasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Cek Artikel:  Hantu Diktator dalam Demokrasi

Hingga Demi mengatasi masalahan kesehatan, di samping menambah jumlah dokter dan tenaga kesehatan, terlebih dahulu perlu dilakukan perubahan sistem pelayanan kesehatan dengan memprioritaskan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. 

Dengan hanya mengandalkan jumlah dokter saja yang terjadi adalah menangani penyakit setelah terjadi dan bukannya sedapat mungkin mencegahnya. Bila tanpa promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, berapa pun dokter yang tersedia tetap akan kewalahan dalam mengatasi penyakit yang terjadi di masyarakat.

Fakta menunjukkan, negara-negara maju sekalipun yang berlimpah Biaya serta sumber daya Sosok Rupanya Tak akan sanggup mengatasi masalah kesehatan kalau penanganannya menunggu hingga manfestasi penyakit sudah terjadi. Di negara-negara maju tetap upaya promotif dan preventif diprioritaskan secara bersunggung-sungguh, Tak sekedar menjadi Moto belaka.

Selanjutnya permasalahan tenaga medis pada pelayanan kesehatan di Indonesia sebenarnya selain kurangnya dokter, kemudian diperparah dengan distribusinya yang Tak merata. Kemudian dengan hadirnya dokter asing perlu kajian matang, karena selain sekadar menambah jumlah, tapi juga perlu ditelaah Tiba sejauh mana perannya Demi dapat mengatasi permasalahan distribusi dokter di Indonesia.

Akhirnya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat perlu membenahi berbagai Elemen yang berpengaruh, dan dan dokter serta tenaga kesehatan hanya salah satu Elemen Krusial. Dengan demikian mengatasi permasalahan kualitas pelayanan kesehata Tak sesederhana hanya dengan mendatangkan dokter dan tenaga kesehatan asing yang cenderung kesannya hanya tambal sulam. Selain tersediannya dokter dan tenaga kesehatan yang berkualitas, kemudian Demi aktualisasi kinerjanya perlu pula ditata sistem kerja yang mempengaruhinya.

Mungkin Anda Menyukai