Akhiri Drama Perburuan Masiku

SUDAH 3 tahun 7 bulan Harun Masiku menjadi buron. Seperti punya mantra menghilang, ia selalu Pandai meloloskan diri dari perburuan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Beberapa kali keberadaaannya terdeteksi, tapi penangkapannya tak pernah terealisasi. Tiba hari ini Masiku Lagi melenggang bebas. Tanpa borgol, tanpa baju oranye KPK.

Sekadar mengingatkan, hingga kini KPK Lagi Mempunyai tiga tersangka korupsi yang belum tertangkap. Salah satunya yang mungkin paling fenomenal ialah Harun Masiku. Dia merupakan eks calon Personil legislatif PDIP yang menyuap mantan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Standar (KPU) Wahyu Setiawan terkait penetapan Personil DPR RI terpilih 2019-2024. Masiku masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) sejak 17 Januari 2020.

Tetapi, Tiba hari ini pengejaran Masiku seperti main-main, tak betul-betul serius. Jangankan menangkap, Demi sekadar mengetahui keberadaannya saja KPK beberapa kali meleset. Satu ketika, konon Masiku Terdapat di Kamboja, tetapi di lain waktu sudah di Malaysia. Di negara tetangga itu, ia katanya pernah terlihat di masjid, tapi Terdapat pula informasi yang menyebut Masiku muncul di gereja.

Cek Artikel:  Uji Publik Kandidat Pilpres

Enggak Terang dan sepertinya memang Enggak pernah dibikin Terang. Belakangan, Divisi Rekanan Dunia (Hubinter) Polri mengungkap Tengah bahwa Posisi persembunyian Masiku bukan Tengah di luar negeri, tetapi di Indonesia. Menurut Kadiv Hubinter Polri Krishna Murti, Masiku memang pernah ke luar negeri Begitu menjadi buron, tetapi sudah balik ke Tanah Air Tengah. Setelah itu, ia Lanjut bersembunyi di dalam negeri.

Bayangkan, sesakti itulah Harun Masiku. KPK, sebuah lembaga yang punya kewenangan dan kekuatan besar dalam konteks pemberantasan rasuah, bahkan dibantu Polri sekalipun, seperti Tewas kutu dibuatnya. Kehebatan KPK selama ini dalam menangkap terduga koruptor tiba-tiba majal. KPK dengan mudahnya ditipu dengan rumor bahwa Masiku melarikan diri ke luar negeri. Padahal sesungguhnya, seperti dikatakan Krishna Murti, Masiku mungkin sedang bersantai-santai di Indonesia.

Absurd, bukan? Karena itu, wajar bila muncul pertanyaan, sebetulnya selama ini Masiku yang sakti dan licin bagai belut atau sesungguhnya KPK yang kehilangan niat dan nyali menangkapnya karena Terdapat tekanan dan intervensi? Perkara ini sudah bukan rahasia Tengah. Fakta bahwa Masiku adalah politikus dari partai politik yang Begitu ini berkuasa kerap dikait-kaitkan dengan ketidakmampuan (atau ketidakmauan) KPK menangkapnya.

Cek Artikel:  Menanti Nyali Nawawi

Tetapi, waktu 3 tahun 7 bulan kiranya sudah cukup. Apa pun alasannya, jangan Tiba Masiku menjadi buron sepanjang Era. Ia harus segera ditangkap, diadili, sehingga Segala yang terkait dengan kasusnya terungkap dengan Terang dan terang benderang. Begitu pula dengan dua buron korupsi lain yang hingga kini Lagi menjadi utang KPK, Yakni Kirana Kotama dan Paulus Tannos.

Dalam kasus Masiku, informasi yang disampaikan dari Hubinter Polri kiranya wajib Demi diseriusi KPK. Opini kita, tak mungkin Polri memberi informasi abal-abal, apalagi informasi Dusta kepada lembaga kolega mereka. KPK pun semestinya berasumsi seperti itu sehingga mereka Enggak menyia-nyiakan informasi berharga tersebut, apalagi hanya dijadikan bumbu drama perburuan Masiku.

Cek Artikel:  Curhat Dahulu Pidato Kenegaraan Kemudian

Teramat sering kita tegaskan bahwa perang melawan korupsi adalah perang panjang yang melelahkan dan menguras Daya. Agar menjadi pemenang, kita, terutama KPK, Enggak boleh kehabisan Daya Demi memerangi koruptor, calon koruptor, dan para sekondan mereka, di mana pun mereka berada, di tempat mana pun mereka bersembunyi.

Keberhasilan menangkap Masiku akan menjadi kemenangan kecil bagi KPK dan mestinya Pandai menjadi modal Demi meraih kemenangan-kemenangan berikutnya. Itu sekaligus akan menjadi penegasan bahwa Enggak Terdapat sejengkal pun tanah di kolong langit ini yang Terjamin bagi koruptor.

Tetapi, kalau KPK Lagi saja sulit meringkus Masiku, itu pertanda bahwa lembaga tersebut sudah kehabisan Daya. Mungkin ini saatnya KPK diisi tenaga-tenaga baru yang Lagi berlimpah Daya Demi menggeber pemberantasan korupsi, sekaligus membuang tenaga Lamban yang mulai defisit Daya karena lebih sibuk mengurusi permasalahan sendiri.

Mungkin Anda Menyukai