Curhat Dahulu Pidato Kenegaraan Kemudian

PRESIDEN Joko Widodo tak menyia-nyiakan momen sangat Krusial nan spesial, yakni pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Serempak  DPR RI dan DPD RI dalam rangka HUT ke-78 Proklamasi Kemerdekaan RI, di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/08).

Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan curhat alias curahan hati tentang berbagai Julukan dan tudingan kepadanya yang selama ini beredar di masyarakat. Curhat Presiden Jokowi dalam Lembaga terhormat itu sangat mengagetkan karena Jokowi Sepatutnya Konsentrasi kepada penyampaian laporan kemajuan yang dicapai pemerintah dan tantangan negeri ini menyongsong Indonesia Emas 2045. Selain itu, laporan kinerja lembaga-lembaga negara.

Curhat Jokowi itu terkesan mendegradasi pidato kenegaraan. Salah satunya adalah mantan Wali Kota Solo itu menepis Julukan pak lurah yang di kalangan partai politik merupakan hal yang lazim disampaikan dalam pembicaraan informal. Julukan pak Lurah memang ditujukan kepada Jokowi sebagai sindiran. Tak heran, Kalau berkembang narasi “menunggu arahan pak lurah”.

Cek Artikel:  Menumpas TPPO dari Hulu

Dalam curhatnya Jokowi membantah cawe-cawe dalam menentukan calon presiden dan calon wakil presiden. Pasalnya, mantan Gubernur DKI ini menyatakan bukan ketua Lumrah partai politik. Menurutnya, pencapresan dan pencawapresan itu adalah ranah ketum parpol. “Saya bukan lurah. Saya adalah Presiden Republik Indonesia,” tandasnya.

Jokowi tampaknya sulit menghapus Julukan pak lurah dan tudingan cawe-cawe dalam Pilpres 2024. Awalnya dalam berbagai kesempatan Jokowi blak- blakan menyatakan akan cawe-cawe dalam suksesi kepemimpinan nasional. Hal itu, kata Jokowi, dilakukan agar Bukan Terdapat Gelombang-Gelombang yang membahayakan kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, lanjutnya, cawe-cawe dilakukan agar kandidat presiden dan wakil presiden yang terpilih Bisa melanjutkan program kerjanya.

Cek Artikel:  Meloncat Pagar Spionase Negara

Seiring dengan pernyataan cawe-cawe itu, Jokowi juga diduga melakukan

endorsement kepada bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto dalam berbagai momen. Belakangan kode-kode Buat Prabowo lebih intensif, Bagus dalam pertemuan empat di Istana Negara dan berbagai kegiatan kenegaraan. Tak hanya itu, relawan pro Jokowi (Projo) juga terang-terangan mendukung mantan Danjen Kopassus itu sebagai capres 2024. Tak heran, bila elektabilitas Prabowo melesat belakangan ini.

Presiden Jokowi harus kembali ke jati dirinya sebagai negarawan. Belum terlambat Jokowi Buat mengayomi seluruh rakyat Indonesia, tanpa Menyantap Grup politik manapun. Bangsa Indonesia merindukan hadirnya sosok pengayom di tengah defisit kenegarawanan di republik ini. Karena itu, Jokowi perlu tampil di depan sebagai sosok yang memberikan keteladanan dalam berbangsa dan bernegara.

Cek Artikel:  Pilkada Minus Kompetisi Konkret

Presiden Jokowi tak perlu merisaukan siapapun yang terpilih dalam kontestasi Pilpres 2024. Rakyat sudah cerdas, mereka Mengerti siapa calon pemimpin yang harus mereka pilih guna membawa Indonesia maju, sejahtera, berkeadilan, dan disegani di tingkat Mendunia. Tenang saja pak lurah, oh Ampun, pak Presiden.

 

Mungkin Anda Menyukai