HANYA dalam kurun sepekan, publik di negeri ini disodori dua Info: Enggak baik dan Berkualitas. Dua Info itu berasal dari dua lembaga berbeda. Tetapi, dua-duanya lembaga yang sangat kredibel.
Lazimnya orang berkirim Info, maka saya hendak mendahulukan membahas Info Berkualitas. Ialah Badan Pusat Statistik (BPS) yang memberi Info Berkualitas itu. Dalam rilisnya pekan Lewat, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2022 sebesar 5,31%. Capaian itu menjadikan Indonesia sebagai Pemenang pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara G-20, melampaui Amerika Perkumpulan dan Tiongkok.
Eksis empat hal Dapat dicatat dari capaian itu. Pertama, pertumbuhan kali ini lebih tinggi daripada Sasaran pemerintah yang 5,2%. Kedua, capaian itu juga lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang 3,69%. Ketiga, pertumbuhan 5,3% itu sekaligus mengembalikan tren ekonomi ke era sebelum pandemi covid-19, yakni tumbuh rata-rata 5%.
Hal keempat, konsumsi rumah tangga Tetap Dapat jadi penopang pertumbuhan ekonomi. Data BPS menunjukkan lebih dari separuh (51,87%) pertumbuhan ekonomi 2022 disumbang oleh konsumsi rumah tangga, yang tumbuh 4,93%. Itu artinya kemampuan konsumsi masyarakat mulai pulih seperti sebelum pandemi.
Tingkat daya beli masyarakat kembali meningkat meskipun sebagian besar konsumsi yang tumbuh itu Tetap di kalangan kelas menengah. Enggak mengapa, semoga itu Dapat membawa Pengaruh ikutan bagi daya beli di kalangan masyarakat ekonomi Dasar.
Selain konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto atau investasi juga turut menyumbang besar bagi pertumbuhan ekonomi, yakni 29,08%. Keberhasilan menggaet realisasi investasi hingga Rp1.207 triliun di sepanjang 2022 langsung berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan.
Rentetan Info Berkualitas pertumbuhan ekonomi makin komplet karena kinerja ekspor juga turut menyumbang Bagian Primer pada perekonomian kita tahun 2022. Ekspor Indonesia berkontribusi pada pertumbuhan sebesar 24,49%. Tinggal tantangan besarnya ialah mempertahankan capaian ekspor seperti itu, di tengah situasi ketidakpastian dunia.
Lewat, apa yang menjadi Info Enggak baik? Tak lain dan tak bukan ialah anjloknya skor indeks persepsi korupsi (IPK) kita, dari 38 ke 34. Alih-alih menggapai Sasaran skor IPK 45 di tahun 2024, skor IPK kita tahun 2022 malah anjlok 4 poin. Skor 34 menjadikan posisi kita kembali ke awal-awal pemberantasan korupsi.
IPK dirilis oleh Transparency International (TI) dengan mengurutkan tingkat korupsi 180 negara di dunia. Negara dengan skor 0 berarti sangat rawan korupsi, sementara itu skor 100 menunjukkan Kudus dari korupsi. Eksis 3 dari 9 indikator yang menjadi biang Primer merosotnya skor IPK kita.
Ketiga poin indikator tersebut ialah Political Risk Service International Country Risk Guide yang merosot 13 poin dari 48 menjadi 35. Indikator ni mengukur korupsi dalam sistem politik, konflik kepentingan antara politisi dan pelaku usaha, serta pembayaran suap Kepada izin ekspor/impor.
Kemudian, IMD World Competitiveness Yearbook yang mengukur keberadaan korupsi dalam sistem politik juga turun dari 44 ke 39. Selanjutnya, Political and Economic Risk Consultancy Asia Risk Guide yang turun dari 32 ke 29. Indikator ini mengukur seberapa parah korupsi di suatu negara.
Tiap-tiap indikator tersebut memang memberikan asesmen dari perspektif bisnis. Meski demikian, terdapat catatan dari dunia bisnis terhadap penegakan hukum dan kualitas demokrasi di Indonesia.
Info Enggak baik itu mestinya Membangun pemerintah Enggak Dapat Kembali menganggap ini sekadar persepsi dan belum tentu faktual. Bagaimanapun persepsi itu gambaran Biasa dari realitas. Ia serupa cermin terang.
Info gembira capaian ekonomi Dapat jadi hambar bila penopang kelangsungan hasil-hasil ekonomi, yakni tata kelola yang Berkualitas dan pemerintahan yang Kudus, Lalu jadi benalu. Kiranya membersihkan parasit akan Membangun kelangsungan pertumbuhan ekonomi Dapat digaransi. Pembersihan benalu korupsi juga akan Membangun pertumbuhan ekonomi dirasakan berbagai lapisan.
Apakah Tetap tersisa keyakinan melakukan itu Segala? Bolehlah kiranya optimisme Rhoma Irama dalam bait lagunya ini menjadi pegangan: ‘Tak selamanya langit itu kelam. Satu Demi kan terang juga. Hiduplah dengan sejuta Cita-cita. Habis gelap akan terbit terang’. **