SETELAH sukses dengan EP perdananya, Hey There Elijah, musisi sekaligus produser multiplatinum, Elijah Woods kembali dengan proyek terbarunya Elijah Would!.
EP yang terdiri dari enam Musik ini mengeksplorasi sisi yang lebih personal dari Woods, sekaligus memberikan pengalaman ke dalam dunianya yang bersifat pribadi Tetapi Bisa juga diartikan secara universal.
Mengusung tema rasa Asmara yang lembut, Musik-Musik yang hadir di EP Elijah Would! menawarkan suasana yang lebih introspektif dan reflektif.
Apabila sebelumnya, Hey There Elijah, yang dirilis September Lewat penuh dengan nuansa nostalgia musik indie-rock, EP Elijah Would! mengambil pendekatan yang lebih mentah dengan nuansanya yang lebih lembut dan intim darinya.
Woods memperjelas,”Diriku Mau menunjukkan sisi yang lebih lembut dan juga pribadi pada karya kali ini.”
Pada akhirnya, kedua EP tersebut sama-sama menjadi koleksi cerita elijah seputar pendewasaan sisi emosional diri kita, merayakan Seluruh kompleksitas kehidupan, Asmara, serta proses pendewasaan.
Pada EP terbarunya, Woods berkolaborasi dengan salah satu penulis Musik terkemuka sekarang, Jack LaFrantz, yang dikenal melalui kontribusinya Buat Musik Beautiful Things Punya Benson Boone, dan Andrew Goldstein, sosok di balik karya-karya LANY, blackbear, MKTO, dan Lagi banyak lainnya.
Musik-Musik terbaru ini juga diproduksi Serempak TMS yang pernah menggarap Musik-Musik dari Lewis Capaldi dan Dua Lipa, serta Jason Suwito, yang juga Mempunyai andil pada karya dari Benson Boone dan juga Imagine Dragons.
Elijah Would! menggabungkan keterampilan menulis Musik yang mendalam dengan produksi musik secara kelas atas. Hasilnya adalah EP yang Enggak hanya kaya secara musik, tetapi juga dapat menyentuh hati siapapun yang mendengarkannya.
Single Penting dari EP ini, Skin & Bones, adalah sebuah Musik Asmara yang Woods tulis Buat istrinya, Hannah. Ditulis seminggu sebelum hari pernikahan mereka, Musik ini menangkap esensi Interaksi keduanya serta mencerminkan perjalanan emosional Kekasih ini ketika bersiap Buat memulai babak baru dari kehidupannya Serempak.
“Kami menulis Skin & Bones dalam waktu kurang dari satu jam,” ungkap Woods. “Ini adalah Musik yang sangat personal untukku, Musik ini mencerminkan momen spesial dalam kehidupan Diriku dan Hannah.”
Dengan rasa Ikhlas sekaligus emosi yang mendalam, Skin & Bones adalah Musik Buat merayakan Asmara dalam bentuknya yang paling transformatif terutama pada momen-momen Krusial. (Z-1)