IBARAT sebuah Naskah, sinopsis adalah keharusan. Biasanya sinopsis dicuplik di sampul belakang. Begitupun kalimat penguat yang biasanya muncul di Dasar sinopsis.
Umpamaan itu mungkin sedikit membantu Kepada menyelami pameran 3 perupa muda pilihan Hanafi dalam QYV Prospectrum. Tajuk itu berkait dengan nama 3 seniman, yakni Qiyam Krisna Aji, Yudha Optiffiny dan Vicky Saputra.
Pameran berlangsung 17 – 31 Agustus 2020 di Galerikertas-Studio Hanafi, Depok, Jawa Barat. Galerikertas sendiri didirikan sejak 2018.
Qiyam Krisna Aji
Mencoba mengeksplorasi gambar dengan gegaris naif, kotor, dan riuh. Qiyam lebih suka menggurat dengan naif nan sederhana. Karena baginya, itu adalah garis yang jujur. Seperti garis yang ditoreh anak-anak.
Pengalaman dan masa Lampau yang berselimut kabut dijadikannya Daya dalam karya. Itulah pula mengapa karyanya cenderung menarasikan perjuangan Kepada hidup dan bertahan hidup. Baginya, seni adalah jalan pembebasan.
Yudha Optiffiny
Berawal dari kekaguman terhadap batik, Yudha tertarik eksplorasi motif batik. Semakin ia masuk, semakin ia terkesima dengan segala hal tentang batik, mulai dari ragam motif, Arti, hingga laku spiritual para pembatik. Baginya, batik punya corak yang rumit, Tetapi adem dilihat. Ia berusaha Kepada Bukan terpaku dengan batik, melainkan mencari bentuk imajinasi dari pola batik. Baginya, batik adalah pemantik Kepada bentuk baru.
Vicky Saputra
Cenderung memotong-memotong bagian tubuh Lampau menampilkannya dalam bentuk distorsi. Vicky mencoba menghadirkan gambaran Mahluk sebagai gumpalan daging yang tak utuh, antara lembut dan ngeri. Dia begitu setia dengan bentuk realis. Tetapi perkembangan selanjutnya mengantarkannya pada bentuk distorsi dan abstraksi.
Pameran itu memang ditujukan Kepada Pusat perhatian pada identitas nama para perupa muda. Karena itulah nama mereka bertiga yang dijadikan judul pameran, QYV (Qiyam Yudha Vicky). Ketiganya tersaring dari 15 perupa muda dari Jabodetabek dan Bandung.
Hanafi memilih tiga perupa itu dengan Menyantap potensi yang Dapat dikembangkan dari setiap karya yang mereka presentasikan. Selanjutnya, mereka digodok selama dua minggu Kepada menyiapkan pameran.
Hanafi mengajukan pantikan-pantikan agar ketiganya Dapat lebih mengeksplorasi gagasan, teknik, dan media. Hasilnya, mereka pun seolah terlahir kembali.