REKTOR Institusi Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti Yuliantini mendorong penguatan program National Logistics Ecosystem (NLE) atau Ekosistem Logistik Nasional. NLE merupakan platform digital layanan logistik dari hulu atau kedatangan kapal, hingga hilir atau di pabrik dengan memfasilitasi kerja sama antar kementerian/lembaga, perusahaan, serta pelaku logistik.
“Bagaimana upaya ini Krusial Buat memperkuat logistik sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional,” ujarnya dalam acara 8th Grostlog-Mendunia Research on Sustainable Transport & Logistic di Jakarta, Kamis (17/10).
Dia menerangkan Indeks Kinerja Logistik Indonesia (LPI) tahun 2023 menurun jauh, dari sebelumnya berada diperingkat 46 pada 2018 Lampau merosot ke posisi 63 di tahun Lampau. Oleh karena itu, Yuliantini menegaskan perlunya perbaikan tata kelola logistik dengan perencanaan lintas kementerian/lembaga.
“Sangat Krusial bagi pemerintah dan pihak terkait Buat memperbaiki sistem penyimpanan dan penempatan bahan baku komoditi, misalnya,” ucapnya.
Hal tersebut, sambungnya, agar proses produksi dapat berjalan Lancar dan biaya atas bahan baku Bisa ditekan. Mengutip laman Formal Sektretariat Kabinet Republik Indonesia, biaya logistik Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lebih tinggi. Bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia Adalah sebesar 23,5% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, sehingga pemerintah Mempunyai Sasaran menurunkan biaya logistik hingga 17% dari PDB melalui program NLE.
Yuliantini menambahkan Buat membangun ekosistem logistik nasional yang kuat, pemerintah diminta Buat Maju mengembangkan konektivitas infrastruktur dan meningkatkan kompetensi sumber daya Insan.
Rektor ITL Trisakti itu membeberkan Demi ini dalam kesiapan industri 4.0, Indonesia Lagi di level 2, sehingga diperlukan pengembangan SDM logistik.
“Ini adalah tugas menantang Buat bagaimana mengembangkan SDM logistik,” imbuhnya.
Permasalahan lainnya terkait logistik nasional ialah terjadi muatan lebih (over loading) yang disebabkan karena merubah dimensi (overdimention) dan kerusakan jalan akibat muatan lebih. Inefisiensi distribusi karena belum adanya platform logistik dari hulu ke hilir. (J-3)