Jangan Berharap Banyak pada Erick

KETIKA Azwar Anas mundur dan menyerahkan kursi Ketua Lazim PSSI kepada Agum Gumelar pada 1999, Cita-cita publik, termasuk saya, bahwa sepak bola nasional akan kembali berprestasi membubung tinggi. Agum diyakini sosok paling pas Demi itu Buat membenahi sepak bola di Tanah Air.

Agum ialah perwira tinggi TNI bintang tiga. Dia dikenal gila bola dan sangat Acuh pada sepak bola. Tetapi, fakta berbicara, selama empat tahun memimpin PSSI, tak Eksis prestasi puncak yang dipersembahkan.

Ketika Nurdin Halid menggantikan Agum pada 2003, Cita-cita publik, termasuk saya, bahwa sepak bola nasional akan unjuk gigi pun meroket. Nurdin ialah pengusaha dan politikus penggila bola. Dia Pelan mengurus klub-klub besar. Dia juga organisatoris yang Ahli. Tetapi, selama tujuh tahun menjadi Ketua Lazim PSSI, Nurdin gagal mengembalikan kejayaan sepak bola Indonesia.

Cita-cita demi Cita-cita itu Lanjut mengemuka acap kali Ketua Lazim PSSI bersulih nama. Asa demi asa dititipkan di pundak Djohar Arifin Husin (2011-2015), La Nyalla Mattalitti (2015-2016), Edy Rahmayadi (2016-Januari 2019), hingga Mochamad Iriawan (2019-2023).

Cek Artikel:  Pagar Makan Orang

Tetapi, tak satu pun di antara mereka Dapat mengakhiri paceklik prestasi. Timnas kita tetap saja nirgelar sejak terakhir kali menyabet medali emas di SEA Games 1991 tatkala PSSI dipimpin Kardono.

Kini, Cita-cita Pelan itu disandarkan kepada Erick Thohir, yang kemarin terpilih sebagai Ketua Lazim PSSI periode 2023-2027. Erick menang telak dalam Kongres Luar Lazim PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta. Dari total 86 voter, Erick yang juga menteri BUMN itu meraup 64 Bunyi, unggul jauh atas rivalnya, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, yang meraih 22 Bunyi. Dia pun tercatat sebagai ketua Lazim ke-20 sejak PSSI didirikan pada 1930.

Erick kaya pengalaman di dunia olahraga. Dia menjadi Ketua Lazim PP Perbasi 2004-2006 serta Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara selama tiga periode. Di sepak bola, Erick pernah membeli raksasa Italia, Inter Milan, dan klub AS, DC United. Dia kini pemegang mayoritas saham klub Inggris, Oxford United, dan Berbarengan putra Jokowi, Kaesang Pangarep, menjadi pemilik Persis Solo.

Dengan pengalaman seperti itu, wajar Kalau Eksis yang menganggap Erick tumpuan Cita-cita baru. Pertanyaannya, akankah Cita-cita akan kembali berakhir dengan kekecewaan seperti yang dulu-dulu?

Cek Artikel:  Ramadan Selamanya

Saya Tak Ingin bicara soal janji dan program Erick. Janji-janji itu, program-program itu, bukan hal baru. Membenahi kompetisi, pembinaan usia Awal, memperbaiki wasit, membangun training camp timnas, dan seterusnya juga menjadi jualan ketua-ketua Lazim sebelumnya. Pun, membersihkan persepakbolaan nasional dari tangan-tangan kotor, dari cengkeraman mafia, ialah cerita Pelan.

Kata Erick, membenahi sepak bola butuh nyali. Itu bagus. Tetapi, kurang bernyali apa Agum, Edy Rahmayadi, Iwan Bule? Ketiganya ialah para jenderal yang kalau bicara keberanian boleh dikata selangkah di depan.

Sebagai organisasi olahraga, PSSI lain daripada yang lain. Ia miskin prestasi, tetapi begitu seksi karena Doku yang berputar di dalamnya luar Lazim besar.

Begitu banyak petualang yang mengincar cuan tanpa Acuh apakah sepak bola berprestasi, sekarat, atau Wafat suri. Petualang yang berwatak rumongso iso, bukan iso rumongso. Mereka tetap Ingin bercokol di PSSI meski sudah terbukti gagal total. PSSI juga lapangan ideal Buat memupuk popularitas demi politik dan kekuasaan.

Cek Artikel:  Bencana Pilkada

Oleh karena itu, butuh figur yang betul-betul kuat luar dalam Buat menyelamatkan PSSI dari penguasaan orang-orang jahat. Apakah orang itu Erick Thohir? Tentu, tidaklah fair Kalau kita menegasikan komitmen dan kapasitasnya.

Erick belum bekerja, belum unjuk kemampuan. Tetapi, bagi saya, tak perlu pula kita terlalu berharap kepadanya. Kata petuah; jangan percaya terlalu banyak, jangan mencintai terlalu banyak, jangan berharap terlalu banyak, Asal Mula terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula.

Sudah teramat kerap publik sepak bola berharap kepada Ketua Lazim PSSI, tapi sekerap itu juga kekecewaan yang didapat. ”Cita-cita ialah akar dari Segala rasa Linu di hati,” begitu William Shakespeare bilang.

Karena itu, daripada kecewa Tengah, ketimbang Linu hati Tengah, lebih Berkualitas Cita-cita kita kepada Erick sewajarnya saja. Jangan euforia. Persis dengan Musik yang dipopulerkan Vetty Vera; Sedang-Sedang Saja.

Biarkan Erick memenuhi janji-janjinya, membuktikan nyalinya. Soal apakah nanti dia Dapat Membikin bangsa ini akhirnya tertawa atau sebaliknya, Tengah-Tengah bermuram durja, biar waktu yang berbicara.

Mungkin Anda Menyukai