Peneliti Indonesia di Jerman Ungkap Kunci Masa Depan Sistem Pangan Nasional

Peneliti Indonesia di Jerman Ungkap Kunci Masa Depan Sistem Pangan Nasional
Petani di Pidie, Aceh, memanen padi di sawah.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

BERTEPATAN dengan peringatan Hari Pangan Sedunia, foodagogik, sebuah lembaga penelitian independen, meluncurkan publikasi perdana mereka yang berjudul Flagship Report: Imagining the future of Indonesian food systems. Dalam acara yang digelar secara daring ini, Co-founder & Executive Director foodagogik, Carin Noerhadi, mengungkapkan sejumlah Intervensi Krusial tentang bagaimana Indonesia dapat membangun sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif.

Carin Noerhadi, peneliti asal Indonesia yang kini berbasis di Jerman, memaparkan hasil penelitian yang menyoroti tantangan dan Kesempatan besar transformasi sistem pangan di Indonesia demi kesehatan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

“Berkaca dari titik intervensi yang ditawarkan oleh Komisi EAT-Lancet, kami menemukan bahwa Indonesia memerlukan titik intervensi Penting yang berbeda Demi mengkatalis transformasi sistem pangan nasional: keikutsertaan generasi muda, diversifikasi pertanian dan peningkatan produktivitas lahan, serta impelementasi, monitoring, dan Penilaian kebijakan pangan berkelanjutan. Demi itu, Indonesia perlu meningkatkan ‘traditiovations’ atau gabungan antara tradisi dan Ciptaan, serta memperkuat sinergi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan,” ungkapnya dalam acara peluncuran publikasi pertama foodagogik secara daring, Rabu (16/10).

Cek Artikel:  Ekspor Sarung Tangan Senilai Rp2,2 Miliar, PT Sport Glove Indonesia Tembus Pasar Amerika

Sofyan A Djalil sebagai Member pembina foodagogik menyampaikan bahwa transformasi Dapat tercapai dengan adanya kebijakan yang Berkualitas dan didasari oleh penelitian. Ia menekankan bahwa transformasi sistem pangan melalui penguatan di tingkat lokal perlu diangkat sehingga menjadi perhatian para pengambil kebijakan. 

“Tantangannya adalah menyesuaikan rasional mikroekonomi di tingkat lokal dan tetap memastikan bahwa Indonesia Bisa Bertanding di pasar Dunia. Perlu Eksis skala ekonomi, efisiensi, dan profesionalitas Demi mempromosikan pangan lokal,” jelasnya.

Percakapan panel dalam acara peluncuran ini juga melibatkan berbagai narasumber Spesialis, antara lain Founder Hekang Dite, Angela Ratna Sari Biu, yang berbagi pengalaman dalam mendirikan UMKM di tingkat lokal yang melibatkan orang muda.

Cek Artikel:  12 Pahamn Berkiprah, Lippo Mall Kemang Catatkan Okupansi Tenant 93

Hadir pula Ambassador Food and Land Use (FOLU) Coalition, Felia Salim, yang menggarisbawahi peran perubahan perilaku dalam transformasi sistem dan Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), Gita Syahrani, yang menyampaikan pentingnya akses Demi para non-pegiat pangan Demi ikut terlibat.

Serta Dewan Penasihat Pusat Studi Agraria IPB University, Rina Mardiana, yang memberikan perspektif ilmiah dan kebijakan tentang pangan regeneratif yang berdaulat.

Dalam laporan itu juga ditemukan generasi muda berperan vital dalam mendorong perubahan sistem pangan yang lebih inklusif, bergizi, dan regeneratif.

Cek Artikel:  Kelas Menengah Anjlok, Tunda Restriksi BBM Bersubsidi

Selain itu, dari sisi diversifikasi pertanian, memanfaatkan kembali tanaman yang selama ini terabaikan (NUCs) dapat meningkatkan produktivitas lahan dan melestarikan keanekaragaman Biologi pangan.

Terakhir, seluruh pihak harus memperkuat integrasi antara sains, kebijakan, dan praktik di lapangan agar dapat menciptakan sistem pangan yang efektif dan berkelanjutan.

Laporan ini berfungsi sebagai Panduan arah transformasi sistem pangan berkelanjutan di Indonesia dan merupakan hasil kolaborasi antara tim foodagogik dan para Spesialis di bidang pangan, iklim, dan kesehatan, serta diharapkan dapat menjadi landasan bagi pengambilan keputusan kebijakan di masa depan. (J-3)

 

Mungkin Anda Menyukai